Sementara itu, mantan Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), sebelumnya juga menanggapi polemik ini.
Dalam sebuah video pernyataan yang beredar pada 15 Juni 2025, SBY mengingatkan pentingnya menjaga semangat perdamaian Aceh, yang menurutnya bukanlah hasil yang datang begitu saja.
"Perdamaian Aceh itu tidak datang dengan sendirinya. Prosesnya panjang, mengalami pasang dan surut. Selama lima tahun, 2001, 2002, 2003, 2004, dan 2005, saya menjadi salah satu pelaku bersama yang lain hadir di ruangan ini,” ucap SBY.
Ia juga menyampaikan pesan kepada para pemimpin saat ini untuk menjaga warisan perdamaian tersebut.
“Pemimpin di Indonesia yang sedang mengemban amanah, termasuk Bapak Prabowo Subianto, lakukanlah hal-hal yang mesti dilakukan untuk Indonesia tercinta, Aceh tercinta,” imbuhnya.
SBY turut menyampaikan penghormatannya kepada para ulama dan tokoh masyarakat yang selama ini menjadi garda terdepan dalam merawat perdamaian Aceh.
Ia menyadari bahwa generasi penerus kini memegang tanggung jawab besar melanjutkan perjuangan itu.
"Karena selama lima tahun itu saya tidak pernah berhenti memohon petunjuk kebersamaan dengan para alim ulama. Saya tahu sebagian sudah berpulang ke Rahmatullah, sebagian masih ada. Generasi keduanya sekarang menggantikan,” tutur dia.
Pernyataan dan sikap SBY ini turut memberi dorongan moral bagi publik dan pemerintah agar penyelesaian administratif seperti ini tidak mencederai nilai-nilai historis yang telah diperjuangkan dengan darah dan air mata.
Sebagaimana diketahui, SBY merupakan salah satu arsitek utama dalam proses damai Helsinki 2005 yang menjadi titik balik konflik panjang di Aceh.