Dengan demikian, pemerintah tengah berusaha mencegah dampak negatif namun tantangannya besar.
- Republik Demokratik Kongo
Republik Demokratik Kongo memiliki tanah yang kaya kobalt, tembaga, dan berlian. Penambangan besar-besaran dilakukan demi memenuhi kebutuhan baterai gawai dan kendaraan listrik perusahaan ternama di dunia.
Tapi eksploitasi membawa penggusuran, kerusakan lingkungan, hingga pelanggaran HAM.
Ironisnya, hasil dari pertambangan hanya dinikmati segelintir keluarga kaya. Sementara jutaan orang lainnya hidup dalam kemiskinan dan konflik.
- Papua Nugini
Sumber kekayaan yang dimiliki Papua Nugini, adalah tembaga dan emas yang seharusnya menjadi sumber penghasilan serta kejayaan.
Namun, dampaknya justru dirasakan sejak tahun 1984, pembuangan limbah tambang secara langsung ke sungai hingga mencapai ribuan kilometer, ekosistem rusak, penduduk kehilangan mata pencaharian.
- Nauru
Nauru pernah jadi negara dengan pendapatan per kapita tertinggi di dunia pada 1970-an, berkat ekspor fosfat.
Tapi ekspor besar-besaran membuat 90 persen daratan rusak dan kini jadi gurun tandus. Pemerintah yang korup dan tidak kompeten membuat kekayaan Nauru bangkrut.
Fosfatnya, memperkaya Australia, sementara warganya hidup dari bantuan asing. Warga yang tadinya kaya kini bergantung pada makanan instan, dan menyebabkan epidemi obesitas ekstrem.
(Besse Arma/Fajar)