Dunia Berbalik, Rusia Sambut Indonesia, AS Tutup Pintu

  • Bagikan
Prof Jimly Asshiddiqie-- jawa pos

Anthony menyebut kebijakan protektif turut menyumbang kemajuan ekonomi dan industri AS yang akhirnya mengungguli Inggris, sebagaimana dibuktikan dalam Perang Dunia I dan II.

Bahkan, The London Daily Mail pada 1900 menyebut Inggris telah kalah bersaing dalam berbagai sektor industri terhadap manufaktur AS.

Presiden Theodore Roosevelt pun pada 1902 menegaskan bahwa sistem proteksi telah membawa kemakmuran bagi rakyat AS dan tidak seharusnya digantikan atau diubah secara radikal.

Setelah Perang Dunia II, demi mendukung pemulihan ekonomi global, AS menurunkan tarif impornya secara sukarela.

Namun kebijakan ini berbalik arah ketika Trump naik kembali sebagai presiden. Ia menilai defisit perdagangan AS yang berlangsung sejak 1970 tidak lagi bisa ditoleransi, dan memutuskan mengembalikan sistem proteksi lewat kebijakan tarif tinggi.

“Kalau melihat sejarah tarif AS, tarif resiprokal Trump termasuk biasa-biasa saja, dibandingkan tarif era Andrew Jackson atau William McKinley,” Anthony menuturkan.

Ia menegaskan bahwa AS sejatinya adalah negara proteksionis secara natural. Pemimpin dari Partai Republik, termasuk Trump, menunjukkan sikap militan dalam melindungi kepentingan ekonomi nasionalnya.

"Kalau ada yang mengira Trump hanya menggertak saja, harus pikir dua kali," tegasnya.

(Muhsin/fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan