Di sisi lain, ia mengungkapkan shalawat Syiah memang menyebut nama Ali.
“Yang ada shalawat: Allahumma shalli alaa Muhammad WA AAALI MUHAMMAD. Jadi shalawatnya harus lengkap, shalawat untuk Muhammad dan untuk KELUARGA Muhammad (seperti bacaan shalawat Ibrahimiyah yang kita baca saat tasyahud sholat),” imbuhnya.
Menurutnya, yang mengejutkan adalah qurannnya. Di Karbala ia mendengar murottal diputar, berasal dari suara Syekh Abdurrahman As Sudais, Imam Masjidil Haram, yang lebih dekat ke Salafi daripada ke Syiah.
“Waktu saya tanya ke kawan saya yang Syiah di sana, dia bilang: pembukuan Quran jd mushaf di zaman Khalifah Usman itu melibatkan Sayyidina Ali sebagai tokoh penting semacam pimpro pembukuan. Jadi Quran mushaf Utsmani itu pun yang sampe detik ini dipegang oleh orang-orang Syiah!” ujarnya.
“Sholatnya gimana? Takbiratul ikhram, fatihah sama, surat pendek sama, rukuk sujud i'tidal sama, bedanya di qunut tiap kali habis rukuk (atau habis i'tidal saya lupa),” tambahnya.
Bagi Iqbal, itu perbedaan fikih yang menurutnya biasa, bahkan antar mazhab Sunni. Tapi selain itu, ia menyebutnya sama.
“Puasa sama, zakat sama, haji sama. Siapa yang bilang hajinya Syiah di Karbala? Lha wong buku ulasan ttg haji yg paling fenomenal itu berjudul haji ditulis oleh Ali Syariati, salah satu intelektual terbesar Iran dan tentu Syiah,”
“Jadi, yang disembah Allah, nabinya Muhammad, sholatnya tetap 5 sholat (sering dijamak memang kayak kita jamak duhur asar dan magrib Isya--ini kami di Muhammadiyah aja sering kok bahkan tanpa uzur--ada dasarnya), kitabnya Quran, zakat puasa haji sama. Terus di mana tidak Islamnya?” sambungnya.