Perang Modern; Bertempur Tanpa Bertemu

  • Bagikan
Dr Iqbal Mochtar (Pengurus PB IDI dan Ketua Forum Dokter Peduli Ketahanan Kesehatan Bangsa)

Oleh: Iqbal Mochtar, Pengurus PB IDI dan Ketua Forum Dokter Peduli Ketahanan Kesehatan Bangsa

Selama bertahun-tahun, saya memaknai perang sebagai konfrontasi langsung: dua pasukan berhadapan di medan laga, saling serang, saling tembak. Siapa unggul secara fisik dan strategi, dialah pemenangnya.

Namun dunia telah berubah. Di era modern ini, definisi perang mengalami evolusi besar. Medan tempur fisik (battlefield) kini hanya salah satu elemen. Yang semakin dominan adalah perang jarak jauh—perang tanpa pasukan di darat, tanpa kontak langsung, tanpa tapak kaki prajurit di tanah lawan.

Perang antara Iran dan Israel beberapa waktu lalu menjadi ilustrasi nyata. Tanpa mengerahkan pasukan infanteri, kedua negara saling meluncurkan rudal dari jarak lebih dari 1.500 km. Iran menembakkan rudal-rudal balistik jarak menengah seperti Shahab-3, Sejjil, dan Fateh-110. Rudal Sejjil, misalnya, memiliki jangkauan antara 2.000–2.500 km dan melaju dengan kecepatan hipersonik sekitar Mach 11–12 (13.500–14.500 km/jam). Artinya, rudal tersebut bisa mencapai Tel Aviv dari Teheran dalam waktu kurang dari 8 menit.

Di sisi lain, Israel memiliki sistem pertahanan dan serangan yang juga maju seperti Jericho III—rudal balistik antar-benua (ICBM) yang mampu menjangkau lebih dari 6.500 km dengan kecepatan hingga Mach 15 (sekitar 18.000 km/jam). Jika diluncurkan dari Tel Aviv, rudal ini dapat mencapai sasaran di wilayah Iran dalam waktu hanya sekitar 5 menit. Belum lagi Israel memiliki sistem intersepsi canggih seperti Arrow 3 yang mampu menghancurkan rudal musuh di luar atmosfer bumi.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan