Iran Bersiap Hentikan Kerja Sama dengan IAEA, Parlemen Sebut Jadi Alat Tekanan Politik

  • Bagikan
Iran meluncurkan serangan balasan ke Israel pada Jumat (13/6/2025).

"Kami akui bahwa sejumlah fasilitas penting telah mengalami kerusakan parah," ujarnya, seperti dikutip The Guardian.

Parlemen juga menuntut agar kegiatan seperti pemasangan kamera pengawas, inspeksi oleh IAEA, serta pelaporan rutin dihentikan, kecuali ada jaminan keamanan dari komunitas internasional atas keberlangsungan fasilitas nuklir Iran.

Komite Keamanan Nasional menyatakan bahwa laporan IAEA sebelumnya "tidak akurat" dan menjadi dalih bagi serangan terhadap Iran.

Usulan tersebut memicu sorakan "matilah Amerika, matilah Israel" di ruang parlemen, mencerminkan atmosfer politik yang semakin panas.

Beberapa anggota bahkan menyerukan agar Direktur Jenderal IAEA, Rafael Grossi, dituntut atas dugaan memberikan laporan palsu dan dituduh menjadi alat spionase bagi Mossad, badan intelijen Israel.

Grossi sendiri mengingatkan bahwa dunia internasional "tidak bisa menerima keputusan Iran untuk memutus kerja sama".

Dia juga mengakui bahwa IAEA kini tidak dapat lagi memastikan lokasi simpanan uranium yang telah diperkaya milik Iran. Hal ini semakin mempersulit upaya komunitas internasional dalam mencegah proliferasi nuklir di kawasan.

Sementara itu, penilaian awal internal pemerintah AS menunjukkan bahwa program nuklir Iran hanya mundur beberapa bulan, bertolak belakang dengan klaim Trump yang menyebutnya "telah dihancurkan total".

Pembicaraan antara utusan khusus AS Steve Witkoff dan Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi yang semestinya digelar pada 15 Juni lalu pun batal setelah Iran menganggap serangan udara sebagai tindakan provokatif.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan