Dag-dig-dug Danantara

  • Bagikan
Dahlan Iskan - Disway

Lantaran Jakarta sering hujan pagi, saya pun sudah pernah menaiki semua tangga darurat gedung pencakar langit BUMN. Termasuk yang kini jadi Wisma Danantara.

Tidak jarang saya menemukan tangga darurat itu dipakai tempat menumpuk barang tidak terpakai. Saya infokan itu ke manajemen gedungnya. Tidak boleh seperti itu.

Direksi Danantara pasti kerasan berkantor di situ. Nyaman. Bisa banyak lahir ide terobosan. Terutama agar bisa membantu Presiden Prabowo Subianto untuk mengejar pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen.

Itu pula yang ditegaskan CEO Danantara Rosan Roeslani di depan Presiden Prabowo di saat peresmian kantor itu kemarin. Delapan Persen. Alangkah beratnya.

Akan tetapi Rosan seperti tidak berat mengucapkan dukungannya itu. Mungkin karena dia tidak menyebutkan itu sudah akan terjadi tahun ini. Mungkin bukan tahun ini. Tahun depan. Atau depannya lagi. Bisa juga depannya depan lagi.

Anda sudah tahu: Danantara akan mendapatkan uang dari dua sumber. Kumpulan dividen-dividen BUMN dan hasil investasinya sendiri. Dividen dari BUMN bisa diputar Danantara di investasi untuk meraih laba.

Kelak pemerintah tinggal memutuskan: apakah Danantara harus setor dividen ke menteri keuangan, atau Danantara diwajibkan membeli surat utang negara, atau Danantara ditugasi membiayai proyek-proyek negara yang sulit dapat uang dari APBN.

Danantara bisa lebih fleksibel dibanding perusahaan BUMN. Juga lebih lincah dibanding, misalnya, Bank Indonesia atau OJK. Semuanya itu milik negara, tetapi Danantara punya kelebihan dibanding BUMN, BI, dan OJK.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan