“Paradigma mereka terbentuk oleh perkembangan zaman. Bagi mereka, purnawirawan tidak ada bedanya dengan pensiunan PNS dan lain-lain," bebernya.
"Cerita heroik, perang ke pedalaman hutan dan menjaga perbatasan, bagi Gen-Z itu adalah pekerjaan,” sambung dia.
Dian bilang, dunia terus bergerak, dan purnawirawan sendiri sebenarnya sudah menyadari perubahan ini.
“Dunia terus bergerak, banyak yang berubah. Purnawirawan sudah tahu itu,” tandasnya.
Sebelumnya, Pangeran Mangkubumi saat hadir dalam diskusi Indonesia Lawyer Club (ILC) TV One, menegaskan bahwa narasi pemakzulan Gibran cenderung dipaksakan.
"Bahkan kalau saya boleh mengambil sedikit saja kesimpulan apa yang disampaikan oleh ayahanda Sunarko tadi, cenderung subjektif," kata Pangeran dikutip pada Minggu siang.
"Tidak kapasitas lah, tidak punya kemampuan lah, kompetensi lah," sambungnya.
Ia menekankan bahwa itu merupakan sebuah pandangan, perspektif. Dan, semua orang menurutnya boleh memiliki pandangan berbeda.
"Kalau dikatakan kami ini nasionalismenya tidak diragukan, agak sulit untuk bisa mengatakan kami lebih nasionalisme dibandingkan kalian. Kami lebih patriotik dibanding kalian yang mendukung Wakil Presiden," sesalnya.
Pangeran mengatakan bahwa narasa seperti itu perlu untuk diluruskan. Sebab, masing-masing tidak bisa mengukur tingkat nasionalismenya seperti halnya keimanan.
"Rasanya narasi itu yang perlu diluruskan. Pernyataan itu kurang lebih sama seperti kami ini lebih suci di hadapan Tuhan. Bagaimana kita bisa mengukur keimanan kita masing-masing," tandasnya. (Muhsin/Fajar)