“Kalau dia mau sekolah di IPDN, ya masuknya ketat, bayar. Setelah lulus, ikut seleksi CPNS seperti masyarakat lainnya,” jelasnya.
Juliyatmono juga menyoroti munculnya rasa korsa berlebihan di kalangan lulusan sekolah kedinasan, yang menurutnya menumbuhkan sikap eksklusif dan kurang adaptif terhadap keberagaman dalam birokrasi.
“Membangun korsa, mereka kurang bisa menerima kehadiran yang lain. Merasa paling jago, paling unggul,” tuturnya.
Dia menegaskan bahwa gagasan ini masih membutuhkan kajian mendalam sebelum bisa diterapkan secara luas. Namun, menurutnya, pendekatan ini akan membuka akses yang lebih merata bagi masyarakat dan menghapus ketimpangan yang selama ini terjadi.
“Ini sebuah gagasan. Bagaimana tanggapannya dan perlu kajian yang mendalam sehingga semua bisa menerima pada saatnya nanti,” tandasnya. (bs-sam/fajar)