FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Pengamat kebijakan publik, Gigin Praginanto memberi sindiran terkait Subsidi yang kian membengkak.
Lewat cuitan di akun media sosial X pribadinya, Gigin memberikan sindiran yang ditujukan ke Luhut Binsar Pandjaitan.
Bukan soal tagihan listriknya yang membengkak yang dimaksud oleh Gigin, melainkan kekayaannya.
“Kekayaan para pemilik pembangkit listrik seperti Luhut pasti ikut membengkak,” tulisnya dikutip Rabu (9/7/2025).
Sebelumnya, anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2026 makin besar pasak daripada tiang. Setelah pendapatan menurun karena penerimaan pajak tak mencapai target, beban belanja makin besar. Salah satunya lonjakan subsidi Listrik.
Dari alokasi Rp 87,72 triliun, subsidi listrik melonjak menjadi Rp 97,37 triliun hingga Rp 104,97 triliun.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengusulkan kenaikan subsidi itu dalam rapat kerja bersama Komisi bidang Energi Dewan Perwakilan Rakyat pada 2 Juli 2025.
Pemerintah menetapkan penerima subsidi terbesar berasal dari rumah tangga dengan daya 450 VA, yaitu 43,1 persen, disusul rumah tangga 900 VA sebesar 21 persen, sektor sosial 15,1 persen, bisnis kecil 11,9 persen, dan industri kecil 7,8 persen.
Pemerintah daerah dan golongan lain masing-masing menyumbang di bawah 1 persen.
Kemudian untuk Pemerintah memperkirakan jumlah pelanggan dan volume penjualan subsidi listrik melonjak tahun depan, dari 43,43 juta pelanggan menjadi 44,88 juta.
Volume penjualan terkerek dari 76,63 TWh menjadi 81,56 TWh.
Faktor Pendorong Kenaikan yakni kelebihan biaya disebabkan oleh volatilitas nilai tukar Rupiah (menuju Rp 16.000+ per USD), fluktuasi harga minyak mentah (ICP) dan inflasi.
Per Mei 2025, subsidi yang telah disalurkan mencapai sekitar Rp 34–35 triliun. Penerima utama yakni rumah tangga berdaya rendah (450 VA & 900 VA), yaitu sekitar 42–43 juta pelanggan dari total ~85 juta.
Subsidi listrik terus naik sejak 2020. Dimana 2020 Rp 48 triliun, 2021 Rp 50 triliun, 2022 Rp 59 triliun, 2023 Rp 68 triliun, 2024 Rp 77 triliun, 2025 (proyeksi): Rp 90,32 triliun.
(Erfyansyah/fajar)