FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menggelar Kongres di Solo yang dimulai pada Sabtu (19/7) dan ditutup pada Minggu (20/7).
Pada pembukaan kongres, presiden ketujuh RI, Jokowi hadir. Dia bahkan diberikan kesempatan untuk menyampaikan pidato kenegaraan saat pembukaan Kongres PSI.
SementaraPrabowo Subianto residen RI Prabowo Subianto dan Wapres RI Gibran Rakabuming Raka bakal hadir dalam acara penutupan Kongres Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Solo, Jawa Tengah (Jateng), Minggu (20/7).
Menyoroti pelaksanaan kongres tersebut, Pengamat politik, Ray Rangkuti memberikan catatan kritis terhadap pelaksanaan Kongres Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di Solo, Juli 2025.
Dalam analisisnya, Rangkuti mengungkap lima poin penting yang perlu dicermati publik terkait dinamika internal partai berbasis kaum muda ini.
"Jumlah peserta pemilihan raya terdaftar sebanyak 187.306 orang. Tidak jelas benar, apakah ini menunjukkan jumlah keseluruhan anggota PSI yang memiliki Kartu Tanda Anggota (KTA) atau tidak," kata Rangkuti dalam keterangannya, Minggu (20/7).
Dia mempertanyakan transparansi keanggotaan partai yang mengklaim sistem satu orang satu suara.
"Jika memang total pemilih sesuai dengan jumlah KTA yang diterbitkan, maka tingkat partisipasi 80 persen ini sudah menunjukkan kerayaan pemilihan ketum. Meski di sisi lain, jumlah ratusan ribu penerima KTA PSI terasa terlalu kecil untuk partai dengan 2,81 persen suara pada Pemilu 2024," tambahnya.
Rangkuti juga menyoroti jargon kesetiaan yang digaungkan PSI. "Yel-yel setia terasa miris mengingat ada luka politik dalam Pilpres 2024, di mana keluarga Jokowi memilih berbeda dengan partai yang membesarkan mereka, PDIP," ujarnya.
Menurutnya, isu kesetiaan menjadi penting dalam membangun fondasi partai.
Terkait pidato Ketua Umum terpilih, Rangkuti menilai ada yang kurang. "Pidato lebih banyak berjanji membesarkan PSI di Pemilu 2029, tetapi tidak menawarkan gagasan visioner untuk Indonesia dalam 5 tahun ke depan," katanya.
Rangkuti menduga pidato politik mungkin akan disampaikan di kesempatan lain seperti pelantikan pengurus.
Kehadiran Jokowi dalam kongres menjadi perhatian khusus. "Ini menyiratkan hubungan timbal balik yang kuat antara PSI dengan Jokowi, lepas dari adanya Kaesang sebagai anak bungsunya," papar Rangkuti.
Namun ia meragukan Jokowi akan bergabung formal dengan PSI. "Menumpuk keluarga dalam satu partai tidak strategis bagi politik keluarga Jokowi, dan bisa mengaburkan citra PSI sebagai partai superterbuka," pungkasnya. (fajar)