FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa waktu lalu ini, sebuah unggahan di Facebook menjadi topik pembicaraan banyak orang karena menunjukkan seorang pria yang menggunakan aplikasi audio untuk mengukur tingkat kebisingan saat menghadiri sebuah acara sound horeg di Jawa Timur.
Dalam video tersebut, layar aplikasi menampilkan angka yang sangat mengejutkan, yaitu 130 dB. Tingkat kebisingan ini sudah melewati batas yang berbahaya bagi pendengaran manusia.
Banyak pengguna media sosial langsung merasa kaget dan mempertanyakan dampak jangka panjang dari paparan suara yang sangat keras ini, khususnya bagi para pengunjung yang berada dekat dengan speaker.
Meskipun pria tersebut sudah memakai earmuff untuk melindungi telinganya, suara dari sistem audio di acara horeg tersebut tetap terdengar sangat keras dan mengganggu.
Menurut para ahli, terpapar suara yang mencapai lebih dari 130 dB dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan kehilangan pendengaran yang permanen dan tidak bisa disembuhkan.
Secara harfiah, audio dengan tingkat kebisingan 130 dB hanya dapat didengar selama 0,88 detik saja tanpa menimbulkan risiko kerusakan pendengaran.
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja juga menetapkan bahwa batas aman dari suara adalah kurang dari 85 dB selama delapan jam sehari.
Oleh karena itu, meskipun suara 130 dB hanya terjadi dalam waktu singkat, masih bisa membahayakan. Sebagai gambaran, suara dengan tingkat 130 dB setara dengan bunyi pesawat jet saat lepas landas dari jarak dekat, dan tanpa perlindungan, suara tersebut bisa menyebabkan gangguan pendengaran yang serius.
Acara sound horeg merupakan pertunjukan audio yang memperlihatkan kekuatan suara ekstrem dari berbagai alat audio dan sistem sound.
Meski disukai di beberapa daerah sebagai bentuk hiburan dan kegiatan komunitas, acara ini tetap mendapat kritik karena dianggap mengganggu lingkungan sekitar serta berisiko merusak pendengaran manusia.
Video tersebut kini menjadi topik pembicaraan di kalangan warganet, beberapa orang mengapresiasi kekuatan aplikasi audio yang digunakan, sementara ada pula yang mengeluhkan dampak negatifnya terhadap kesehatan dan masyarakat sekitar.
(Achmad Zuhdi Tahir)