3 Tewas dan 2 Hilang saat KM Barcelona Terbakar, Legislator PDIP: Kapal Tua Diizinkan Berlayar, Ini Kelalaian Berulang

  • Bagikan
Insiden kebakaran menimpa Kapal Motor (KM) Barcelona VA saat melintas di perairan Talise, Sulawesi Utara, pada Minggu siang (20/7). (Istimewa)

FAJAR.CO.ID, MANADO -- 3 orang dinyatakan tewas dan dua orang hilang dalam Insiden terbakarnya KM Barcelona V di perairan Pulau Talise, Sulawesi Utara (Sulut)

Peristiwa itu menyita perhatian publik. Kapal yang mengangkut 280 penumpang itu mengakibatkan jatuhnya korban jiwa.

Terkait hal itu, Anggota Komisi V DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Irine Yusiana Roba Putri menyayangkan peristiwa tersebut.

Menurutnya hal itu terjadi karena kelalaian sistemik yang berujung pada kecelakaan transportasi laut berulang di wilayah Indonesia Timur dan Tengah.

“Saya ucapkan duka cita yang mendalam atas jatuhnya korban jiwa dalam kebakaran KM Barcelona V di Sulawesi Utara. Kami mendoakan keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan, dan korban yang masih hilang segera ditemukan dalam keadaan selamat, utuh dan lengkap,” kata Irine kepada wartawan, Selasa (22/7).

Menurut Irine, insiden terbakarnya KM Barcelona V di perairan Pulau Talise memperparah daftar panjang kecelakaan laut yang baru saja terjadi sebelumnya, yakni tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali.

Ia menilai, insiden yang terus terulang, menunjukkan lemahnya sistem pengawasan dan kesiapsiagaan dari pemerintah.

“Hal ini menunjukkan adanya kelalaian sistemik dari segi pengawasan muatan hingga minimnya standar keselamatan kapal. Ini kegagalan negara dalam memberi rasa aman bagi warganya untuk mendapatkan layanan transportasi publik,” tegasnya.

Padahal, masyarakat Indonesia Timur dan Tengah sangat menggantungkan hidupnya pada moda transportasi laut. Oleh karena itu, negara harus hadir dan serius dalam memastikan keselamatan serta kualitas layanan transportasi laut.

“Tragedi kecelakaan kapal ini terjadi terus menerus di wilayah Indonesia Tengah dan Timur yang masyarakatnya sangat mengandalkan transportasi laut. Negara seharusnya dapat memitigasinya,” ucapnya.

Ia juga menyesalkan lemahnya pengawasan terhadap armada kapal yang beroperasi, serta minimnya kesiapsiagaan dalam kondisi darurat. Menurutnya, setiap nyawa yang melayang merupakan bentuk nyata dari kegagalan sistem yang ada.

“Setiap nyawa yang hilang adalah bukti nyata dari lemahnya pengawasan, kita turut merasa bersalah atas kejadian ini. Jadi harapannya minimnya kesiapsiagaan, dan kelalaian yang terus terjadi tidak akan lagi diulangi di masa depan dan negara betul-betul mampu memastikan keselamatan warganya di laut,” urai Irine.

Lebih lanjut, Irine turut menyoroti kondisi kapal-kapal tua yang masih diizinkan berlayar, fasilitas pelabuhan yang tidak memadai, serta personel keselamatan yang tidak siaga. Menurutnya, kecelakaan seperti ini bukan lagi musibah, melainkan bentuk dari kelalaian yang terus berulang.

“Ketika kapal tua tetap diizinkan berlayar, pelabuhan minim fasilitas tanggap darurat, dan petugas keselamatan tak siaga, maka kecelakaan bukan lagi musibah, tapi kelalaian yang berulang,” tandasnya. (jpg)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan