Pengayaan Uraniumnya Diserang AS dan Israel, Iran Tegas Ogah Menyerah Soal Nuklir

  • Bagikan
Fasilitas reaktor nuklir milik Iran sebelum diserang Amerika Serikat. Foto: Maxar Technology

FAJAR.CO.ID, TEHERAN -- Usai mengalami kerusakan besar akibat serangan udara gabungan Israel dan Amerika (AS) beberapa waktu lalu, program nuklir Iran akan tertap dipertahankan.

Negeri Para Mullah itu secara tegas akan tetap mempertahankan program pengayaan uranium.

Penegasan itu disampaikan Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi. Dia menyebut, pengayaan uranium adalah soal harga diri nasional.

Abbas Araghchi menambahkan bahwa Teheran tidak akan menghentikan program pengayaan uranium, meskipun fasilitas nuklirnya mengalami kerusakan parah akibat serangan udara Amerika Serikat dan Israel bulan lalu.

“Memang sekarang terhenti karena kerusakannya serius dan berat. Tapi jelas, kami tidak bisa menyerah terhadap pengayaan ini karena ini adalah pencapaian ilmuwan kami. Dan lebih dari itu, ini menyangkut harga diri nasional,” ujar Araghchi dalam wawancara eksklusif dengan Fox News, yang ditayangkan pada Senin (21/7).

Pernyataan tersebut menandai sikap tegas Iran terhadap tekanan Barat, khususnya Amerika Serikat, yang menuduh Teheran menyembunyikan ambisi membuat senjata nuklir. Araghchi membantah tudingan itu dan menegaskan bahwa program nuklir Iran semata-mata untuk tujuan damai.

“Kami siap melakukan langkah-langkah pembangunan kepercayaan untuk membuktikan bahwa program nuklir Iran adalah damai dan akan tetap damai selamanya. Iran tidak akan pernah mengejar senjata nuklir. Sebagai imbalannya, kami berharap sanksi dicabut,” tegasnya dikutip via Al-Jazeera.

Dalam wawancara berdurasi 16 menit tersebut, Araghchi juga menyatakan bahwa Iran terbuka untuk bernegosiasi dengan AS, namun belum siap untuk melakukan pembicaraan langsung dalam waktu dekat. “Jika mereka datang dengan solusi win-win, saya siap berdialog,” tambahnya.

Pernyataan ini muncul di tengah ketegangan baru antara Teheran dan Washington setelah runtuhnya negosiasi terbaru pada Mei lalu.

Ketegangan semakin memuncak ketika Israel meluncurkan serangan mendadak ke sejumlah fasilitas militer dan nuklir Iran pada 13 Juni lalu, yang menyebabkan lebih dari 900 korban jiwa di Iran dan 28 di Israel, sebelum gencatan senjata dicapai pada 24 Juni.

Serangan tersebut juga melibatkan militer AS. Pentagon mengklaim bahwa serangan itu telah menunda program nuklir Iran selama satu hingga dua tahun.

Namun Araghchi menyebut bahwa Badan Energi Atom Iran masih mengevaluasi dampak kerusakan terhadap material uranium yang diperkaya, dan akan segera melaporkan temuannya kepada Badan Energi Atom Internasional (IAEA).

“Kami belum menghentikan kerja sama kami dengan badan tersebut,” kata Araghchi, meskipun Presiden Iran Masoud Pezeshkian sebelumnya telah menandatangani undang-undang untuk menangguhkan kerja sama dengan IAEA menyusul resolusi pada 12 Juni yang menuduh Teheran tidak mematuhi kewajibannya.

Iran mengecam resolusi itu dan menyebutnya sebagai dalih yang digunakan Israel untuk melancarkan serangan militer.

Pernyataan ini muncul di tengah ketegangan baru antara Teheran dan Washington setelah runtuhnya negosiasi terbaru pada Mei lalu.

Ketegangan semakin memuncak ketika Israel meluncurkan serangan mendadak ke sejumlah fasilitas militer dan nuklir Iran pada 13 Juni lalu, yang menyebabkan lebih dari 900 korban jiwa di Iran dan 28 di Israel, sebelum gencatan senjata dicapai pada 24 Juni.

Serangan tersebut juga melibatkan militer AS. Pentagon mengklaim bahwa serangan itu telah menunda program nuklir Iran selama satu hingga dua tahun.

Namun Araghchi menyebut bahwa Badan Energi Atom Iran masih mengevaluasi dampak kerusakan terhadap material uranium yang diperkaya, dan akan segera melaporkan temuannya kepada Badan Energi Atom Internasional (IAEA).

“Kami belum menghentikan kerja sama kami dengan badan tersebut,” kata Araghchi, meskipun Presiden Iran Masoud Pezeshkian sebelumnya telah menandatangani undang-undang untuk menangguhkan kerja sama dengan IAEA menyusul resolusi pada 12 Juni yang menuduh Teheran tidak mematuhi kewajibannya.

Iran mengecam resolusi itu dan menyebutnya sebagai dalih yang digunakan Israel untuk melancarkan serangan militer.

Sementara itu, Juru Bicara Sekretaris Jenderal PBB, Stephane Dujarric, menyatakan bahwa PBB menyambut baik dimulainya kembali dialog antara Iran dan negara-negara Eropa.

Pertemuan lanjutan akan digelar di Turki pada Jumat mendatang, melibatkan Iran, Prancis, Jerman, dan Inggris — tiga negara penandatangan awal perjanjian nuklir JCPOA.

Ketiganya menyampaikan, jika Iran tak segera kembali ke meja perundingan, sanksi internasional dapat diberlakukan. (jpg)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan