FAJAR.CO.ID -- Masyarakat tertipu. Niat hati membeli beras berkualitas premium, cuma dapat "beras premium kw". Isinya cuma beras bersubsidi oplosan yang diberi karung.
Bisnis beras oplosan ini membuat Presiden Prabowo Subianto meradang. Para pengusaha beras oplosan itu menikmati keuntungan dengan merugikan negara hingga Rp100 triliun.
Di sisi lain, pemerintah mengeluarkan anggaran besar untuk subsidi pupuk, membangun irigasi hingga bendungan.
"Bayangkan ya, kita subsidi benih, kita subsidi pupuk, pabrik pupuk milik rakyat, milik negara, pestisida disubsidi, waduk dibangun oleh uang rakyat, irigasi-irigasi dibangun oleh uang rakyat," kata Prabowo, Rabu (23/7).
Prabowo menjelaskan, pemerintah menggunakan dana dan fasilitas negara untuk mendukung penuh seluruh proses produksi beras di Indonesia. Namun, setelah dipanen, beras subsidi tersebut justru dikemas ulang dan dijual sebagai beras premium.
"Beras alat-alatnya pakai bahan bakar disubsidi oleh uang rakyat, begitu sudah digiling jadi beras, itu paket diganti, beras yang disubsidi ini ditempel katanya beras premium," sesalnya.
Satgas Pangan Ungkap Beras Premium KW

Bareskrim Polri juga mengungkap tiga produsen dan Lima merek beras premium terbukti melanggar mutu dan takaran beras alias oplosan. Lima merek beras premium oplosan tersebut adalah Alfamidi Setra Pulen, Setra Ramos Merah, Setra Ramos Biru, Sania, dan Jelita.
Selain mengungkap lima merek beras premium oplosan, Bareskrim Polri juga mengungkap tiga produsen dari lima jenis merek beras premium yang melanggar mutu dan takaran beras itu.
Ketua Satgas Pangan Polri Brigjen Helfi Assegaf menyebut temuan beras premium oplosan atau "beras premium KW" itu diperoleh setelah melakukan uji sampel beras premium dan medium dari pasar tradisional maupun modern.
Proses pengujian sampel dilakukan di Laboratorium Balai Besar Pengujian Standar Konsumen Pasca Panen Pertanian. Berdasarkan hasil pengujian itu, ditemukan lima merk beras premium tidak memenuhi standar mutu.
"Lima merek sampel beras premium yaitu Sania, Sentra Ramos Biru, Sentra Ramos Merah, Sentra Pulen dan Jelita," beber Helfi dalam konferensi pers, Kamis (24/7).
Produsen kelima merek "beras premium kw" itu adalah PT Food Station selaku produsen Setra Ramos Merah, Setra Ramos Biru dan Setra Pulen. Kemudian Toko SY (Sumber Rejeki) produsen Jelita dan PT Padi Indonesia Maju Wilmar selaku produsen Sania.
Temuan beras premium oplosan tersebut berawal dari pengungkapan oleh Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulailam saat melakukan sidak di lapangan.
Mentan telah melaporkan 212 merek dari 10 provinsi. Dari temuan tersebut, Satgas Pangan Polri telah menjalankan dengan laporan penyidikan yang meliputi pengecekan ke lapangan, baik kepada pasar tradisional maupun pasar modern untuk pengambilan sampel.
Pemeriksaan sampel di laboratorium mendapati sembilan merek diduga bermasalah. Namun, hingga saat ini baru ada lima merek yang diduga tidak sesuai mutu pada label kemasan
"Hasil penyidikan sementara kita dapat 3 produsen atas 5 merek tersebut, yaitu merk beras premium tidak sesuai standar mutu," katanya.
Bareskrim Polri telah meningkatkan status perkara beras oplosan dari penyelidikan ke penyidikan.
Dirtipideksus Bareskrim Polri, Brigjen Helfi Assegaf mengatakan peningkatan perkara ke tahap penyidikan itu berdasarkan temuan yang ada. Misalnya, hasil uji lab terhadap beras yang dilaporkan Kementerian Pertanian (Kementan) hingga pengambilan keterangan terhadap saksi-saksi. (*)