FAJAR.CO.ID -- Bisnis beras oplosan membuat Presiden Prabowo Subianto merasa jengkel. Para pengusaha beras oplosan menikmati keuntungan dengan merugikan negara hingga Rp100 triliun, sementara pemerintah mengeluarkan anggaran besar untuk subsidi pupuk, membangun irigasi hingga bendungan.
"Bayangkan ya, kita subsidi benih, kita subsidi pupuk, pabrik pupuk milik rakyat, milik negara, pestisida disubsidi, waduk dibangun oleh uang rakyat, irigasi-irigasi dibangun oleh uang rakyat," saat menyampaikan sambutan dalam acara Harlah ke-27 PKB di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Rabu (23/7).
Prabowo menjelaskan, pemerintah menggunakan dana dan fasilitas negara untuk mendukung penuh seluruh proses produksi beras di Indonesia. Namun, setelah dipanen, beras subsidi tersebut justru dikemas ulang dan dijual sebagai beras premium.
"Beras alat-alatnya pakai bahan bakar disubsidi oleh uang rakyat, begitu sudah digiling jadi beras, itu paket diganti, beras yang disubsidi ini ditempel katanya beras premium," sesalnya.
Produsen beras premium oplosan yang beredar di masyarakat berdasarkan temuan Kementan dan Satgas Pangan yakni:
- Grup PT Food Station Tjipinang Jaya (FSTJ) terkait peredaran beras premium Alfamidi Setra Pulen, Setra Ramos, Food Station.
Temuan beras premium oplosan ini berdasarkan pemeriksaan dan pengambilan sampel dari Aceh, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, dan Jawa Barat.
- Japfa Group/PT Sentosa Utama Lestari berdasar pemeriksaan dan pengambilan sampel beras premium oplosan di Yogyakarta dan Jabodetabek.
3. Wilmar Group (WG) terkait peredaran beras premium oplosan produk Sania, Sovia dan Fortune.
Pemeriksaan dilakukan setelah Satgas Pangan Polri melakukan pengecekan dan pemeriksaan 10 sampel dari Aceh, Lampung, Sulawesi Selatan, Yogyakarta, dan Jabodetabek.