‘Rumah Anak Bangsa’ Kini Berusia 18 Tahun, Revolusi Bahasa di Jantung Kampung Inggris

  • Bagikan
Sejumlah muda-mudi berkumpul membahas sejumlah hal dengan berbahasa Inggris. (IST)

FAJAR.CO.ID, PARE — Desa kecil ini lebih dikenal dengan nama Kampung Inggris daripada nama aslinya, Tulungrejo. Berlokasi di Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.

Selama 18 tahun terakhir, sebuah inisiatif akar rumput yang bersahaja bernama Rumah Anak Bangsa telah memimpin pemberontakan budaya—bukan dengan slogan atau senjata, melainkan dengan kata-kata.

Ini bukan ruang kelas yang digawangi oleh pemerintah. Ini adalah gerakan sipil—sebuah universitas bawah tanah bagi bahasa dan pemikiran. Lahir dari cita-cita Smart ILC, sebuah kolektif pendidikan lokal. Rumah Anak Bangsa menjadi tempat perlindungan di mana bahasa tidak sekadar dipelajari, melainkan dihidupi. Sebab bahasa adalah kehidupan, ucap Miss Uun waktu itu saat di kelas bahasa Indonesia.

Di sini, diskursus berarti. Di rumah sederhana yang diubah menjadi tempat berlindung. Pemuda dari berbagai daerah di Indonesia menulis ulang masa depannya—satu diskusi, satu buku, dan satu kata jujur pada satu waktu.

“Bukan cuma soal grammar atau esai, ini tentang membangunkan jiwa-jiwa itu lewat cicilan kalimat,” ujar Sakkir melalui keterangan tertulisnya kepada fajar.co.id, Rabu malam (23/7/2025).

Penulis Diciptakan, Bukan Dinobatkan

Dari pertemuan hari Minggu. Setiap pukul 16.00 Wib hingga petang, Rumah Anak Bangsa menumbuhkan generasi penulis, moderator, debat, dan pemikir. Ketika yang lain sibuk berswafoto di Gunung Bromo, para pemuda(i) ini duduk di kursi plastik, bertukar ide di bawah pohon sukun dan bambu.

Mereka memperdebatkan penulisan ulang sejarah Indonesia, membedah Pramoedya, dan menemukan sajak Sapardi Djoko Damono melalui buku Sunyi Adalah Minuman Keras—bukan dari privilese, tapi dari perjuangan untuk bertahan di antara cicilan tulisan.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan