FAJAR.CO.ID, MAKASSAR — Kapolrestabes Makassar, Kombes Pol Arya Perdana, menyebut bahwa dirinya mengecam aksi tindakan Orang Tak Dikenal (OTK) yang melakukan razia kartu identitas di beberapa kampus.
"Kami dari Kepolisian mengecam kegiatan itu, tidak ada seharusnya tindakan swiping atau sampai masuk kampus," ujar Arya, Sabtu (26/7/2025).
Ia menegaskan bahwa yang dilakukan kelompok OTK tersebut merupakan tindakan brutal dan mesti diberikan tindakan tegas.
"Ini tindakan yang brutal dan tidak bisa dimaafkan, kami akan tindak tegas siapapun pelakunya," sebutnya.
Akpol 1998 ini mengaku sangat menyayangkan aksi kelompok OTK tersebut. Sebab, sampai masuk ke lingkungan kampus.
"Kami berkomitmen untuk mencari tahu siapa pelakunya yang melakukan tindakan tindakan tegas kepada siapapun yang melakukan itu," tukasnya.
Arya meminta kepada pihak kampus untuk tetap tenang dalam situasi ini, sebab, pihak Kepolisian terus bekerja melakukan penyelidikan.
"Serahkan kepada kami pihak kepolisian, kami berupaya semaksimal mungkin untuk melakukan tindakan tindakan terhadap pelaku dan menjaga situasi kamtibmas supaya tetap aman dan nyaman," Arya menuturkan.
"Kepada pihak-pihak yang melakukan kami berharap ini tidak dilakukan lagi dan percayalah, kami akan kenakan sanksi hukum kepada kalian yang melakukan ini," tambahnya.
Arya menegaskan bahwa melakukan penyerangan sampai ke dalam lingkungan kampus telah menjadi pelanggaran yang terbilang berat.
"Tidak ada maaf kalau sampai melakukan hal tersebut lagi karena ini sudah melanggar hak asasi sebenarnya dari mahasiswa mahasiswa kita yang melakukan pendidikan jadi merasa tidak aman. Jadi berbahaya sekali kalau sampai mahasiswa mungkin takut ke dalam kampus," tandasnya.
Sebelumnya, Meskipun telah diwanti-wanti Kapolrestabes Makassar, Kombes Pol Arya Perdana, nampaknya masyarakat masih kurang percaya mengenai tindakan tegas terhadap pelaku kriminal.
Bagaimana tidak, setelah geng motor meresahkan melumpuhkan lima korban dengan menggunakan parang dan busur, disusul serangan kelompok orang tak dikenal (OTK) di sejumlah kampus ternama.
Berdasarkan informasi yang didapatkan fajar.co.id, sedikitnya empat kampus swasta dan satu kampus negeri menjadi sasaran penyerangan OTK pada Kamis (23/7/2025) kemarin.
Teralihnya perhatian ke Persemian Rumah Sakit (RS) Universitas Negeri Alauddin (UIN) Makassar yang dihadiri Menteri Agama, Prof. Nasaruddin Umar pun dimanfaatkan dalam penyerangan ini.
Mereka menyerang di kampus yang berdiri di Jalan Sultan Alauddin, Jalan Pendidikan, Jalan Urip Sumoharjo, hingga kampus yang terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan.
Meskipun beberapa kampus berdiri tidak jauh dari kantor Polisi, kelompok OTK tidak gentar melakukan aksinya.
Bahkan, di dekat Pos Polisi Fly Over, Jalan AP Pettarani, kelompok OTK tersebut memasang spanduk berukuran panjang bertuliskan undangan perang.
Menurut kabar beredar, mereka memiliki misi balas dendam karena salah satu rekannya diduga menjadi korban penikaman.
Hanya saja, informasi tersebut masih terus didalami kebenarannya.
Pengamat Hukum Pidana UIN Makassar, Dr. Rahman Syamsuddin menegaskan, Kapolrestabes Makassar harus segera menunjukkan ketegasannya dalam kasus ini.
"Kalau saya melihat sebenarnya di sinilah perlu ketegasannya Kapolrestabes Makassar," kata Rahman, Jumat (25/7/2025).
Dikatakan Rahman, terkesan ada upaya pembiaran terhadap penyerangan yang meresahkan warga kota Makassar itu.
"Kesannya, ada pembiaran. Kalau saya, kalau begini modelnya Kapolda harus ambil sikap, apalagi ini masih dalam wilayahnya juga," ucapnya.
"Kenapa kejadian itu berulang-ulang, karena pelaku ini merasa tidak ada hambatan, menghalangi, atau tindakan kepada dirinya," tambahnya.
Ia kemudian menarik satu contoh di salah satu kampus di Jalan Sultan Alauddin. Baginya, Polisi yang berkantor tidak jauh dari kampus harus bergerak cepat melakukan penyidikan.
"Sebenarnya di situ kan dekat Polsek iya kan? Harusnya Polsek itu ketika ada laporan dari pihak kampus terjadi hal itu, langsung turun ke lapangan," sesalnya.
"Jangan membiarkan begitu saja. Akhirnya sekarang justru bukan lagi masyarakat yang ditakuti, tapi dunia kampus. Ditakut-takuti dengan premanisme yang masuk ke lingkungannya," sambung dia.
Rahman bilang, pendekatan yang dilakukan Kepolisian sejauh ini belum membuahkan efek jera bagi pelaku kriminal jalanan ataupun premanisme.
"Ini istilahnya kalau dibiarkan terus, kondisi Makassar semakin mencuat. Soal tembak di tempat juga, sebenarnya sudah mendapat dukungan, nah ini kita butuh aksi nyata dari Kapolrestabes. Ini yang tidak jalan menurut saya," kuncinya.
(Muhsin/fajar)