FAJAR.CO.ID, MAKASSAR — Mirsan, begitu orang dekatnya memanggilnya. Sosok laki-laki yang menempa dirinya di dunia jurnalistik, dan kini jadi Aparatur Sipil Negara (ASN).
Nama lengkapnya Adi Muammar Mirsan. Pria kelahiran Sinjai, Sulawesi Selatan (Sulsel) itu lahir tahun 1991, tumbuh dan menempuh pendidikan Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas di kampung halamannya.
Pada 2009, ia meninggalkan kampung. Berangkat ke Makassar, menempuh pendidikan sarjana di Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Makassar (UNM).
Di situlah petualangannya dimulai. Sebelum menamatkan kuliahnya, Mirsan sudah bekerja sebagai jurnalis di akhir tahun 2014.
“Awal bergabung jadi jurnalis di akhir tahun 2014 di Koran Cakrawala, lalu sempat gabung ke Kabar.News tahun 2019,” kata Mirsan.
Sebelum bergabung di Fajar Online awal 2020, ia telah menyelesaikan kuliahnya. Karirnya di Fajar terbilang mentereng, hanya dua bulan jadi reporter di media ternama di Indonesia Timur itu, ia diangkat jadi asisten redaktur.
“Jadi redaktur di tahun 2021,” ucap Mirsan.
Seperti kata tetua, tidak ada yang tahu masa depan, tapi kita bisa menyiapkannya. Itu yang dilakukan Mirsan.
Mahasiswa Jurusan Matematika, aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa Korps Sukarela Palang Merah Indonesia itu, lalu menjadi jurnalis.
Mulanya berkantor di Gedung Graha Pena, Jalan Urip Sumoharjo, Makassar sebagai Redaktur Fajar Online. Ia kini jadi ASN.
Letak kantornya masih sama-sama di Jalan Urip Sumoharjo. Tapi di seberang Graha Pena: Kejaksaan Tinggi Sulsel.
Menjadi ASN
Kelulusan Mirsan di seleksi CPNS 2023 tidak langsung begitu saja. Ia sebelumnya berkali-kali gagal.
“Sempat ikut tes CPNS formasi guru di tahun 2016, tapi gagal di Seleksi Kompetensi Dasar (SKD),” ujar Mirsan.
Di sela-sela pekerjaannya sebagai jurnalis, pada 2018 Mirsan kembali ikut seleksi CPNS. Tapi gagal lagi di seleksi administrasi.
“Tahun 2024 mencoba lagi. Saat itu ada dorongan dari istri dan keluarga untuk mencoba lagi. Meski sebenarnya sudah nyaman di pekerjaan saat itu (jurnalis),” terangnya.
Lalu bagaimana tips mempersiapkan diri di tengah kesibukannya sebagai jurnalis?
Ia mengakui, persiapan paling menguras tenaga saat mengurus berkas administrasi hingga pelaksanaan tes. Itu dilakukan di sela-sela sebelum berangkat ke kantor.
Soal belajar, ia jujur kurang persiapan.
“Hanya bermodalkan pengetahuan dari sekolah, kampus, dan dunia kerja,” terang Mirsan.
Saat ikut tes, ia biasanya izin ke teman piketnya di kantor. Izinnya biasanya dua jam tidak masuk kantor. Mengingat tes Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) dan Seleksi Kompetensi Bidang (SKB) dimulai jam 8 pagi. Setelah tes, jam 10 saya sudah hadir kembali di kantor.
Selama masa persiapan itu, koleganya tidak ada yang tahu ia ikut seleksi CPNS. Baru setelah lulus, ia buka suara.
Menggunakan Ijazah SMA
Meski punya ijazah sarjana dari salah satu universitas negeri terkemuka di Makassar, Mirsan tak menggunakannya saat mendaftar CPNS 2024. Alasannya lebih ke teknis.
“Saya memilih ijazah SMA karena tidak ada pendaftaran CPNS ketegori Umum untuk jurusan saya. Kebanyakan yang terbuka untuk kategori PPPK yang butuh surat keterangan honorer atau pengabdian sebagai guru, sementra saya sejak lulus tidak pernah mengajar lagi di sekolah,” jelasnya.
Karena kondisi itu, ia mencoba peruntungan menggunakan ijazah SMA, dengan mencari formasi CPNS yang menggunakan ijazah SMA. Hingga ketemu formasi pengelola penanganan perkara di instansi Kejaksaan RI.
“Saat itu selain syarat ijazah, cukup melampirkan sertifikat keahlian penggunaan komputer, surat keterangan sehat jasmani dan rohani. Saya rasa syarat yang dibutuhkan bisa saya penuhi,” imbuhnya.
Kabar baik itu tiba, ia diterima. Mulanya penempatannya sebagai CPNS formasi Pengelola Penanganan Perkara di Cabang Kejaksaan Negeri Makassar di Pelabuhan Makassar. SK keluar pada Mei 2024.
“Yang menarik, saya baru berhenti kerja di fajaronline sehari sebelum melapor ke Kejaksaan. Meski surat pengunduran diri saya sudah saya ajukan di bulan Maret 2024 namun oleh pimpinan di kantor lama diminta untuk tetap membantu dan bekerja sampai SK dari Kejaksaan keluar,” jelasnya.
Kini, ia bertugas sebagai Staf Seksi Penerangan Hukum (Penkum) Bidang Intelijen Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan. Sesuai surat perintah bulan Agustus 2024 yang diberikan Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan.
“Sebagai staf Penkum, sebenarnya pekerjaan saya tidak jauh beda dengan latar bekalang pekerjaan saya sebelumnya. Hanya beberapa penambahan seperti mengurusi program penyuluhan dan penerangan hukum,” kata Mirsan.
“Selain itu, saya juga mengelola informasi terkait kejaksaan dan masalah hukum yang ada di media massa untuk dilaporkan secara berkala ke pimpinan. Selebihnya, tugas administrasi seperti persuratan, arsip, dan lainnya,” tandasnya. (Arya/Fajar)