Anwar Ibrahim Gagas Perdamaian, Pemimpin Thailand dan Kamboja Bertemu di Malaysia

  • Bagikan
Warga mengungsi di Thailand, menyusul bentrokan di perbatasan Thailand-Kamboja pada 24 Juli 2025. ANTARA/Xinhua.

FAJAR.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Konflik bersenjata antara dua negara ASEAN, Thailand dan Kamboja beberapa hari belakangan ini mamanas. Bahkan, perang di sepanjang garis perbatasan kedua negara bahkan dilaporkan telah merenggut jiwa.

Setelah saling serang meletus pada Kamis lalu, kini mulai ada harapan akan terciptanya perdamaian untuk mengakhiri sengketa kedua negara.

Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim dikabarkan telah menggagas pertemuan pemimpin kedua negara untuk mengakhiri konflik.

Pemimpin Thailand dan Kamboja dijadwalkan bertemu di Malaysia untuk membahas penyelesaian konflik perbatasan yang telah menewaskan puluhan orang dan menyebabkan puluhan ribu orang mengungsi.

Dilansir dari laman AP News pada Minggu (27/7), pertemuan ini digagas oleh PAnwar Ibrahim, selaku Ketua ASEAN tahun ini.

Pejabat Perdana Menteri Thailand, Phumtham Wechayachai, telah mengonfirmasi kehadirannya dalam pertemuan tersebut. Meski belum dikonfirmasi oleh pihak Kamboja, Hun Manet disebut juga akan hadir.

Pertemuan ini berlangsung di tengah tekanan dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang mendorong gencatan senjata segera. Hun Manet menyatakan bahwa Kamboja siap melakukan gencatan senjata tanpa syarat.

Hun Manet juga menugaskan Menteri Luar Negeri, Prak Sokhonn untuk berkoordinasi dengan Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, serta dengan pihak Thailand untuk merancang langkah damai selanjutnya.

Thailand menyambut inisiatif gencatan senjata dengan hati-hati. Phumtham menyampaikan apresiasi atas dukungan Trump dan menyatakan Thailand setuju secara prinsip, namun menginginkan niat baik dari Kamboja.

Trump menekankan pentingnya negosiasi bilateral untuk mencari solusi damai yang konkret. Kementerian Luar Negeri Thailand menegaskan pentingnya niat tulus dari kedua pihak.

Pertempuran terbaru pecah pada Kamis setelah lima tentara Thailand terluka akibat ledakan ranjau di perbatasan. Kedua negara saling menuduh sebagai pihak yang memicu konflik.

Akibat eskalasi itu, duta besar kedua negara ditarik dan Thailand menutup perbatasannya dengan Kamboja. Bentrokan terus terjadi hingga Minggu dengan intensitas yang belum mereda.

Militer Thailand menuduh pasukan Kamboja menembakkan artileri berat ke Provinsi Surin dan menyerang wilayah yang disengketakan, termasuk kuil kuno Ta Muen Thom.

Sebagai respons, Thailand membalas dengan artileri jarak jauh. Juru bicara militer Thailand menyatakan bahwa operasi akan terus berlanjut hingga Kamboja memulai negosiasi resmi dan menunjukkan itikad baik.

Sebaliknya, Kementerian Pertahanan Kamboja menuduh Thailand meningkatkan kekerasan melalui serangan skala besar yang melibatkan tank dan pasukan darat. Kamboja menilai tindakan Thailand justru menghambat tercapainya solusi damai.

Konflik ini telah menewaskan 21 orang di pihak Thailand, sebagian besar warga sipil, dan 13 orang di pihak Kamboja. Lebih dari 168.000 orang mengungsi dari wilayah perbatasan.

Masyarakat sipil terdampak berat akibat konflik ini. Warga terpaksa meninggalkan rumah, sekolah ditutup, dan ribuan orang kini berada di tempat penampungan.

Para pengungsi berharap perundingan dapat segera mengakhiri kekerasan. Sementara itu, Dewan Keamanan PBB mendesak ASEAN untuk memediasi, dan Human Rights Watch mengecam penggunaan munisi tandan serta meminta perlindungan bagi warga sipil. (fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan