FAJAR.CO.ID, PUTRA JAYA -- Desakan terhadap Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim untuk lengser dari jabatannya terus disuarakan di negara itu. Selain demo jalanan, anggota parlemen juga menyatakan hal sama.
Ini menandakan bahwa tekanan terhadap Anwar Ibrahim beberapa waktu belakangan kian meningkat.
Bahkan, lawatan Anwar Ibrahim ke luar negeri menjadi salah satu alasan anggota Parlemen Malaysia untuk menyuarakan tekanan politik terhadap perdana menteri tersebut.
Anwar Ibrahim yang melakukan lawatan beberapa waktu lalu ke Prancis dinilai gagal membangun saluran diplomatik yang kuat.
Parlemen Malaysia, khususnya dari blok oposisi, bahkan membandingkan langsung kunjungan Anwar dengan sambutan meriah yang diterima Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, di negara yang sama.
Ketua Portfolio Hubungan Antarabangsa Perikatan Nasional, Wan Ahmad Fayhsal, menyebut kunjungan Anwar ke Prancis pada Juli 2025 sebagai "lawatan setengah masak" yang tidak memberi manfaat strategis bagi Malaysia. Padahal, negeri jiran itu tengah memegang posisi penting sebagai Ketua ASEAN tahun ini.
“Ini bukan sekadar kunjungan yang hambar, tetapi satu kegagalan besar dalam diplomasi antarabangsa,” tegasnya dalam pernyataan di Instagram, dikutip Minggu (27/7).
Menurut Wan Fayhsal, dibandingkan dengan sambutan penuh kehormatan yang diberikan kepada Prabowo oleh pemerintah Prancis saat menghadiri Bastille Day 14 Juli lalu – termasuk dijemput oleh Menteri Dalam Negeri, Bruno Retailleau – Anwar hanya disambut oleh seorang prefet, pejabat administratif biasa.
“Ini tamparan protokol yang memalukan bagi seorang Perdana Menteri yang membawa nama Malaysia dan ASEAN,” katanya.
Ia menambahkan, saat Tun Dr. Mahathir Mohamad berkuasa, Malaysia pernah menjadi tamu kehormatan Bastille Day pada 1997 di bawah undangan langsung Presiden Jacques Chirac. Tapi kini, di bawah kepemimpinan Anwar, Malaysia justru dianggap tak lagi relevan.
Wan menyoroti bahkan media-media besar Prancis seperti Le Monde hingga Le Figaro tak menyinggung kunjungan tersebut sama sekali, termasuk pidato Anwar di Universitas Sorbonne yang bertema ASEAN.
Lebih lanjut, Wan Fayhsal menyebut tidak ada inisiatif strategis atau kesepakatan penting yang berhasil dicapai selama kunjungan tersebut. Ia menilai pemerintah hanya mengulang pengumuman investasi lama tanpa adanya capaian baru di bidang geopolitik, teknologi, atau kerjasama pertahanan.
“Malaysia seharusnya berada di barisan depan diplomasi ASEAN. Tapi lawatan ini hanya mengukuhkan citra lemah kepemimpinan Madani dalam menempatkan negara di pentas antarabangsa,” sindirnya.
Ia menutup dengan mengatakan bahwa Malaysia kini tenggelam bukan karena kecil, tapi karena pemimpinnya gagal memainkan peranan besar. (fajar)