FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Perdana Menteri (PM) Malaysia, Anwar Ibrahim didesak mundur oleh pengunjuk rasa di Kuala Lumpur.
Dengan mengenakan kaos hitam bertuliskan slogan "Turun Anwar" atau "Mundur Anwar" Lalu mereka berkumpul di Lapangan Kemerdekaan untuk mendengarkan pidato para pemimpin oposisi terkemuka.
Ini terjadi di tengah meningkatnya ketidakpuasan publik atas meningkatnya biaya hidup di Malaysia. Belum lagi, ada tuduhan kegagalan mewujudkan reformasi yang dijanjikan Anwar.
Langkah Anwar yang menerapkan Pajak Penjualan dan Jasa (PPJ) dan juga menaikkan tarif listrik menjadi pemantik. Aturan itu dikhawatirkan terus menekan biaya hidup yang dapat membebani masyarakat Malaysia.
Pengunjuk rasa, Nur Shahirah Leman, 23 tahun, anggota kelompok mahasiswa Islam, mengatakan ia khawatir pajak baru serta tarif listrik yang lebih tinggi yang dikenakan pada perusahaan besar. Kata dia, pada akhirnya, itu akan dibebankan kepada konsumen.
"Pajak-pajak ini dibebankan kepada produsen, sehingga secara otomatis akan memengaruhi harga makanan," ujarnya dimuat Reuters.
Anwar sendiri sebenarnya menjabat pada November 2022. Ia mensinyalir semua kebijakannya pada dasarnya untuk meningkatkan pendapatan pemerintah. Ini termasuk perluasan pajak penjualan dan jasa serta penyesuaian subsidi. Namun memang, beberapa pihak khawatir aturan baru dapat menyebabkan lonjakan harga konsumen.
Perlu diketahui, pada pekan ini juga mengumumkan pemberian bantuan tunai, peningkatan bantuan untuk rumah tangga miskin, dan janji untuk menurunkan harga bahan bakar, dalam upaya untuk meredakan kekhawatiran atas kenaikan biaya. Mulai 31 Agustus 2025, seluruh warga dewasa Malaysia akan menerima bantuan tunai satu kali sebesar RM100 atau sekitar US$24 (setara Rp388.800).