Kelemahan lain yang bisa dieksploitasi Timnas Indonesia datang dari situasi bola mati saat bertahan. Dalam dua laga terakhir, Vietnam kebobolan dari skema set-piece yang sebenarnya bisa diantisipasi.
Saat menghadapi Kamboja, mereka kemasukan lewat sepak pojok. Sementara saat lawan Filipina, mereka kembali lengah dan kebobolan dari lemparan ke dalam jauh ala Pratama Arhan.
Ini membuktikan koordinasi lini belakang Vietnam masih bisa goyah di momen-momen tertentu. Jika Timnas Indonesia bisa memaksimalkan bola mati, peluang mencetak gol akan terbuka lebar.
Pertarungan nanti jelas akan menjadi ujian besar bagi Garuda Muda untuk menghadapi tim yang terorganisir tapi tetap punya celah.
Pelatih Gerald Vanenburg tentu sudah mempersiapkan strategi khusus untuk membongkar kekuatan Vietnam.
Apalagi dukungan penuh suporter di SUGBK bisa menjadi motivasi ekstra bagi Timnas Indonesia U-23. Laga ini dipastikan akan berlangsung dalam tempo tinggi dan penuh tensi.
Secara statistik dan taktik, Vietnam unggul dalam penguasaan dan kedalaman skuad. Namun Indonesia punya keunggulan dari efektivitas serangan, mental juara, dan kemampuan set-piece.
Kunci kemenangan terletak pada bagaimana Timnas Indonesia bisa meredam permainan kolektif Vietnam dan memaksimalkan peluang sekecil apa pun. Kesabaran dan disiplin jadi faktor penting yang harus dijaga sepanjang laga.
Final ini bukan hanya soal teknis dan taktik, tapi juga mental dan keberanian di momen-momen krusial. Siapa yang lebih siap dalam segala aspek, akan keluar sebagai juara Piala AFF U-23 2025. (fajar)