Pernah Jadi Menterinya, Megawati Sokarnoputri Terpukul Kepergian Kwik Kian Gie

  • Bagikan
Kwik Kian Gie semasa hidup. (Istimewa)

FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Kabar meninggalnya ekonom Indonesia, Kwik Kian Gie membuat sejumlah tokoh politik dan bangsa yang mengenalnya berduka. Mereka kehilangan dengan sosok guru bangsa tersebut.

Rasa kehilangan atas kepergian Kwik Kian Gie juga dialami Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri. Putri proklamator RI Soekarno itu mengaku terpukul begitu mendengar kabar kepergian Kwik Kian Gie, pada Senin (28/7) malam.

Sejumlah petinggi PDIP pun diutus untuk takkziah ke rumah duka di RSPAD, Jakarta Pusat. Mereka antara lain Ketua DPP PDIP, Yasonna Laoly, Ronny Talapessy, serta Ahmad Basarah.

"Beliau (Megawati) menitip salam kepada seluruh keluarga dan sangat terpukul dengan kepergian almarhum Pak Kwik, beliau (Kwik) salah seorang menterinya," kata Yasonna.

Mantan Menkumham itu mengaku saat bertemu keluarga mendiang Kwik juga menyampaikan permintaan maaf Megawati, karena Presiden kelima RI itu tidak bisa hadir ke rumah duka.

Menurut dia, Megawati punya agenda di Bali yang tak bisa ditinggalkan sehingga absen ke rumah duka di RSPAD.

"Ibu Megawati sangat dekat dengan almarhum. Maka kami mohon maaf, Ibu kebetulan sudah sampai di Bali karena ada agenda partai yang penting, maka kami bertiga dengan Pak Ronny mewakili DPP partai untuk hadir di sini," ujarnya.

Yasonna mengatakan Kwik selama ini dikenal sosok nasionalis dan ekonom yang berpihak ke kepentingan rakyat. "Beliau betul-betul ingin suatu ekonomi yang lebih baik bagi kepentingan rakyat banyak," ujarnya.

Dia bahkan mengatakan praktik ekonomi yang prorakyat diterapkan Kwik semasa menjabat Menko Ekuin era Presiden Keempat RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

"Itu sebabnya saya kira juga beliau memilih PDIP yang segaris dengan ideologi yang beliau miliki," kata Yasonna.

Ketua DPP PDI Perjuangan, Said Abdullah menyebut Indonesia kehilangan sosok guru bangsa setelah mendengar kabar Kwik Kian Gie meninggal dunia pada Senin (28/7) malam.

"Kita kehilangan ekonom gigih dan guru bangsa yang terus menyuarakan idealisme hingga akhir hayat," kata Said.

Dia mengaku bertemu Kwik pada 1998 saat Ketua Banggar DPR RI itu masih menjabat Sekretaris PDI Kabupaten Sumenep.

Said menyebutkan momen pertemuan itu terjadi saat rapat koordinasi yang diinisiasi oleh pengurus DPD PDI Jawa Timur (Jatim). "Rapat koordinasi dipimpin oleh Pak Marsusi selaku Ketua DPD. Saat itu Pak Kwik hadir sebagai pembicara kunci, sekaligus Ketua Balitbangpus DPP PDI," ujarnya.

Said mengatakan Kwik dalam rapat mengulas persoalan ekonomi bangsa yang mayoritas ditopang oleh impor. “Pikiran pikiran Pak Kwik selalu bernas dan kritis, terutama soal ekonomi dan politik. Tak peduli, di dalam dan di luar kekuasaan, sikap politik dan kepribadiannya tidak berubah," lanjut Said.

Dia mengatakan sosok Kwik memang dikenal ideialis. Eks Menko Ekuin itu juga figur yang begitu cinta terhadap Indonesia.

"Saat krisis 1997-1998, Pak Kwik menonjol sebagai figur terdepan mempersoalkan skema penyelesaian ala IMF terhadap utang para obligor," katanya.

Selain itu, Said mengatakan Kwik banyak menerapkan pikiran Proklamator RI Soekarno atau Bung dan Muhammad Hatta atau Bung Hatta dalam setiap aktivitas di politik atau ekonomi.

"Tidak sejengkal pun kita ragu atas nasionalismenya Pak Kwik, beliau meneruskan jalan pikiran Bung Karno dan Bung Hatta, yang menginginkan ekonomi kita sebagai bangsa bisa mandiri," ujarnya. (fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan