Reuni Mendadak Fakultas Kehutanan UGM Disorot, Ada Calo Tiket dan Alumni Bohongan?

  • Bagikan
Reuni yang diklaim sebagai alumni Fakultas Kehutanan UGM 80 kini jadi sorotan publik. (IST)

FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Tudingan reuni mendadak Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada (UGM), yang dihadiri mantan Presiden Jokowi penuh rekayasa terus menjadi perbincangan publik.

Presidium Forum Alumni Kampus Seluruh Indonesia (AKSI), Nurmadi H Sumarta, mengatakan bahwa bukan hanya rekayasa, tapi baginya reuni Fakultas Kehutanan pada Sabtu kemarin itu aneh dan lucu.

"Memang aneh dan lucu. Seolah tiba-tiba dan sekonyong-konyong. Biasanya acara reuni berdekatan Lebaran atau Dies Natalis kampus," kata Nurmadi kepada fajar.co.id, Selasa (29/7/2025).

Dikatakan Nurmadi, berdasarkan pengamatan netizen, tampak beberapa peserta yang bukan alumni, salah satunya Bambang Saptono.

"Apa urgensi dan relevansinya dia di acara tersebut?," cetusnya.

Bukan hanya itu, kata Nurmadi, sosok Mulyono juga menjadi pusat perhatian. Banyak disebut sebagai calo tiket bis di salah satu terminal di Solo.

"Ada juga yang disebut Mulyono, yang menurut M. Taufik ternyata calo tiket bis Tirtonadi dan beberapa lainnya. Anehnya lagi cerita yang tidak lulus matematika 8 kali," sebutnya.

Nurmadi bilang, berdasarkan pengakuan Mulyono, Jokowi lebih dulu lulus karena lebih cerdas dibanding dirinya maupun teman seangkatannya.

"Padahal cerita Prof. Sofian Effendi, evaluasi 2 tahun awal Jolowi tidak lolos kualifikasi untuk program sarjana. Berbeda dengan almarhum Hari Mulyono yang aktif, cerdas dan menonjol prestasinya," terangnya.

Lebih jauh, Nurmadi menyinggung pernyataan Mulyono yang mengatakan bahwa di Fakultas Kehutanan waktu itu belum mengenal nama jurusan.

"Konyolnya lagi cerita alumni bahwa Fakultas Kehutanan tidak mengenal jurusan, tapi skripsinya ekonomi manajemen. Padahal pak Jokowi dulu sempat ngaku jurusan teknologi kayu yang selama ini tidak pernah ada," Nurmadi heran.

Ia kemudian menekankan bahwa sejauh ini dugaan ijazah palsu itu semakin menunjukkan indikasi yang lebih kuat dari sebelumnya.

"Misalnya pengakuan IPK kurang dari 2, foto ijazah yang berbeda, hanya lulus sarjana muda, sanggahan pak Kasmujo sebagai pembimbing. Bukti tersebut sudah cukup bagi yang curiga dan menuduh ijazah palsu," tandasnya.

Nurmadi turut menyayangkan sikap dari Jokowi, akibatnya, dugaan ijazah palsu tersebut terus berlarut-larut seakan tidak memiliki ujung.

"Yang bikin gaduh dengan menggugat mereka yang kritis dan mempertanyakan keaslian ijazahnya. Jokowi sejauh ini tidak berani tunjukin ijazah kepada publik dengan berbagai dalih. Rakyat berhak curiga dengan berbagai cerita dan kejanggalan tersebut," kuncinya.

Sebelumnya, Koordinator Relagama Bergerak, Bangun Sutoto secara terbuka mengomentari acara tersebut yang disebut-sebut melibatkan angkatan 1980, tahun masuk mantan Presiden Jokowi di fakultas itu.

"Reuni yang lucu di hari Sabtu. Reuni siapa itu? Reuni dadakan di Fakultas Kehutanan UGM oleh angkatan 1980," ujar Bangun kepada fajar.co.id, Senin (28/7/2025).

Ia mengaku mengetahui kabar soal reuni tersebut dari media online saat siang hari.

"Kabar reuni yang terkesan dadakan di Sabtu pagi itu saya tahu dan baca di kanal media online menjelang siang hari. Heran, aneh, dan merasa geli seketika tahu ada kabar itu," ucapnya.

Bangun juga menilai acara tersebut tertutup dan tidak transparan.

"Reuni yang terkesan disembunyikan dari civitas akademika UGM dan alumni lainnya. Bagi saya, kabar itu tidak lebih dari sekedar hiburan di akhir pekan. Hiburan yang tidak lucu dan malah menggelikan," lanjutnya.

Ia juga menyebut kejanggalan dalam acara tersebut justru menambah rasa penasaran publik.

"Justru publik dan Barisan Intelijen Netizen tanpa bayaran semakin penasaran untuk mencari tahu. Terendus oleh polisi cyber tanpa seragam ada beberapa alumni palsu," ungkapnya.

Dikatakan Bangun, kehadiran nama-nama yang diduga bukan alumni memperkuat dugaan soal keaslian ijazah Jokowi.

"Ini justru menghibur sekaligus makin menguatkan keyakinan publik atas kepalsuan ijazah Joko Widodo sendiri," Bangun menuturkan.

"Dari beberapa peserta reuni yang diwawancarai awak media, ada beberapa yang tidak nyambung antara pertanyaan teman-teman pers dan jawaban sang narasumber. Ada alur cerita yang tidak sinkron dan justru kontradiktif. Itu kan aneh," cetusnya.

"Netizen tidak bisa disalahkan dengan cerita yang disajikan dari para peserta reuni dadakan itu. Netizen hanya menelaah cerita," tambahnya.

Bangun kembali menyinggung dugaan ijazah palsu yang menyerupai teka-teki besar.

"Seperti yang sering saya sampaikan sebelumnya bahwa kasus dugaan ijazah palsu Joko Widodo ini bak permainan puzzle raksasa. Ada banyak potongan cerita yang terserak di tiga kota: Surakarta, Yogyakarta, dan Jakarta. Bukan kebetulan jika ketiganya ada kata karta di akhir namanya," terangnya.

Bangun bilang, reuni itu tidak bisa dianggap kebetulan. Alasannya, karena sudah terjadi maka reuni di Sabtu kemarin sudah jadi bagian dari sebuah cerita.

"Tidak ada yang namanya kebetulan. Semua sudah terencana dan disiapkan meskipun publik tetap menilainya sebagai reuni dadakan. Reuni untuk aksi dan narasi rekayasa kata-kata," tandasnya.

(Muhsin/fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan