Dosen UIN Makassar: MBG Sejalan dengan Nilai Al-Qur’an

  • Bagikan

“Kalau kita ingin generasi yang cerdas, sehat, dan kompetitif, maka kita harus berani mengalokasikan anggaran untuk gizi anak. Ini bukan biaya, tetapi investasi jangka panjang untuk masa depan bangsa,” lanjutnya.

Direktur Direktorat Promosi dan Edukasi Gizi BGN, Gunalan, menyampaikan bahwa program MBG merupakan bentuk investasi terbesar negara dalam membangun kualitas sumber daya manusia.

“Program MBG bukan sekadar memberi makanan, tetapi membentuk budaya makan sehat sejak dini. Melalui intervensi pada empat fase pertumbuhan anak dari 1.000 hari pertama hingga remaja kita dapat menyiapkan generasi yang lebih sehat, cerdas, dan berprestasi,” ucap Gunalan.

Gunalan juga menyinggung berbagai tantangan yang masih dihadapi bangsa ini dalam hal pemenuhan gizi, seperti angka stunting, gizi buruk, obesitas, anemia, serta masih terbatasnya akses terhadap makanan sehat, khususnya di wilayah timur Indonesia.

Tenaga Ahli Direktorat Promosi dan Edukasi Gizi BGN, Anyelir Puspa Kemala, menambahkan bahwa keberhasilan MBG sangat ditentukan oleh partisipasi aktif masyarakat dan pelaku usaha lokal.

“Program ini tidak hanya memenuhi 20-30 persen kebutuhan kalori harian anak, tetapi juga meningkatkan literasi gizi dan menggerakkan ekonomi daerah dengan melibatkan petani, nelayan, dan penyedia pangan lokal,” kata Anyelir.

Sementara itu, Dosen UIN Alauddin Makassar, Syamsul Qomar, menilai program MBG memiliki relevansi kuat dengan nilai-nilai spiritual dalam Islam. Ia mengaitkan gagasan ini dengan pesan dalam Surah Al-Ma’un.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan