FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Setelah produksi beras, jagung, telur hingga daging ayam dinyatakan surplus, Kementerian Pertanian kini mulai membidik hilirisasi komoditas perkebunan. Upaya ini merupakan strategi lanjutan pembangunan pertanian nasional.
Hilirisasi bukan hanya soal peningkatan nilai ekspor, tapi juga soal menciptakan lapangan kerja baru, industri desa, dan penguatan ekonomi lokal.
Setelah mencetak capaian bersejarah dengan stok beras nasional tertinggi sepanjang sejarah mencapai 4,2 juta ton, Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman menilai saatnya Indonesia naik kelas, dari sekadar penghasil bahan mentah menjadi negara pengolah dan eksportir produk perkebunan bernilai tambah tinggi.
“Selama ini, negara lain mengolah kakao dan kopi kita, lalu mengekspor dengan nilai puluhan kali lipat. Kini saatnya Indonesia yang memimpin hilirisasi komoditas kita sendiri,” tegas Amran di Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, dikutip pada Rabu (30/7/2025).
Menurutnya, pemerintah pusat telah menyiapkan anggaran awal Rp40 triliun untuk pengembangan industri pengolahan kelapa, kakao, mente, dan kopi.
Amran menargetkan peningkatan nilai ekspor dari Rp20 triliun menjadi Rp2.000 triliun bila pengolahan dilakukan di dalam negeri.
“Kita stop jadi penonton. Mulai sekarang, komoditas unggulan kita harus diolah oleh anak bangsa sendiri,” tambahnya.
Dalam forum yang juga dihadiri Gubernur DIY Sri Sultan HB X dan akademisi UGM Prof. Jamhari tersebut, Mentan Amran memaparkan data bahwa pertanian kini menjadi sektor penyumbang pertumbuhan ekonomi terbesar nasional, yakni mencapai 10,52%.Capaian ini diperkuat oleh keberhasilan menjaga stok pangan nasional di tengah ancaman krisis global.