FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Sekjen Relawan Gibranku, Pangeran Mangkubumi, menegaskan, barisan loyalis Gibran Rakabuming Raka tidak perlu diragukan perihal nasionalismenya.
Hal ini diungkapkan Pangeran saat hadir dalam diskusi Indonesia Lawyer Club (ILC) beberapa waktu lalu.
"Bang Karni, izin kalau belek dada saya, ini merah putih bang Karni," kata Pangeran setelah mantan Danjen Kopassus Mayjen (Purn) Soenarko menyinggung soal nasionalisme.
Sebagai seorang anak muda, Pangeran menekankan bahwa nasionalisme dan patriotisme tidak hanya sepenuhnya bisa tertanam pada diri prajurit TNI.
"Jadi dapat saya pastikan bahwa nasionalisme saya, patriotisme saya, bersama teman lainnya yang menolak pemakzulan ini, semua merah putih," tukasnya.
Kekeh menolak isu pemakzulan, Pangeran bilang, barisan anak muda yang mendapatkan kesempatan meraih panggung saat ini tidak memiliki niat merusak bangsa.
"Tidak ada dalam benak kami, hasrat dan keinginan untuk melakukan pengkhianatan, pengerusakan terhadap bangsa yang sudah kita bangun bersama," tandasnya.
Sebelumnya, kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Dian Sandi Utama, menyampaikan pandangannya yang cukup menarik terkait pergeseran pola pikir generasi muda, khususnya Gen-Z.
Dian mengaku mendengar penjelasan dari Sekjen Relawan Gibranku, Pangeran Mangkubumi, soal dinamika politik yang berkembang saat ini.
Dikatakan Dian, cara pandang Gen-Z jauh berbeda dibanding generasi sebelumnya, terutama dalam memaknai sosok purnawirawan.
“Menurut saya, memang banyak yang berubah dari Gen-Z kita, dibandingkan saya yang Milenial. Terutama cara pandang mereka terhadap purnawirawan,” ujar Dian kepada fajar.co.id, Minggu (6/7/2025).
Ia menyinggung, generasi muda saat ini tidak lagi menaruh kekaguman berlebihan kepada purnawirawan seperti generasi sebelumnya.
Program-program seperti ABRI Masuk Desa yang dulu lekat di benak masyarakat, bahkan tidak lagi dipahami oleh Gen-Z.
“Waktu program ABRI Masuk Desa, mereka belum lahir,” Fian menuturkan.
Dian juga mengingatkan soal potensi terjadinya kesenjangan antara kelompok-kelompok tertentu yang masih menganggap diri mereka besar dengan Gen-Z yang kini menjadi mayoritas penduduk dunia.
“Saya khawatir kedepan, ada kelompok yang merasa begitu besar, sementara Gen-Z menganggapnya biasa saja,” terangnya.
Ia menegaskan, bagi generasi muda saat ini, cerita-cerita heroik tentang perjuangan di medan perang atau tugas menjaga perbatasan sudah dianggap sebagai sekadar pekerjaan.
“Paradigma mereka terbentuk oleh perkembangan zaman. Bagi mereka, purnawirawan tidak ada bedanya dengan pensiunan PNS dan lain-lain," bebernya.
"Cerita heroik, perang ke pedalaman hutan dan menjaga perbatasan, bagi Gen-Z itu adalah pekerjaan,” sambung dia.
Dian bilang, dunia terus bergerak, dan purnawirawan sendiri sebenarnya sudah menyadari perubahan ini.
“Dunia terus bergerak, banyak yang berubah. Purnawirawan sudah tahu itu,” tandasnya.
(Muhsin/fajar)