SBY Mengingatkan, Keruntuhan Bangsa Berawal dari Diabaikannya Keadilan dan Hukum Dijadikan Alat Kekuasaan

  • Bagikan
Mantan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tampil dalam wawancara eksklusif di acara Endgame Town Hall. Foto: supplied

FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengingatkan bahwa negara yang kuat sekali pun bisa jatuh jika pemimpinnya memposisikan diri berada di atas hukum dan rakyatnya.

Hal itu disampaikan mantan presiden ke-6 Indonesia ini dalam Pidato Peradaban di Jakarta, Rabu (30/7/2025).

“Satu abad terakhir, kita kerap menyaksikan negara kuat jatuh, saya ulangi, negara kuat jatuh lantaran pemimpinnya meletakkan dirinya di atas pranata hukum, di atas sistem yang adil, dan di atas kesetiaan sejati terhadap negara dan rakyatnya,” urai SBY.

Ayah kandung Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) ini menyampaikan, pelajaran sejarah menunjukkan daya tahan peradaban lebih ditentukan oleh kematangan nilai, ketangguhan sosial, dan kapasitas beradaptasi, bukan sekadar kejayaan militer atau kekayaan material.

Peradaban yang mampu bertahan, kata SBY, adalah yang responsif terhadap perubahan, namun tetap berpijak pada moral dan keadilan.

SBY juga mengingatkan keruntuhan sebuah bangsa seringkali berawal dari diabaikannya keadilan dan digunakannya hukum sebagai alat kekuasaan.

Karena itu, ia menyerukan pentingnya kesetiaan kepada sistem yang adil, serta kepemimpinan yang tidak memosisikan diri di atas rakyat dan konstitusi.

"Jadi saudara-saudara, sejarah dan pemikiran para tokoh peradaban tadi memberi kita pelajaran penting. Bahwa daya tahan peradaban bukan ditentukan oleh kejayaan atau senjata. Tetapi oleh kematangan nilai, ketangguhan sosial, dan kapasitas untuk beradaptasi secara cerdas dan bermoral,” tegasnya.

Dalam kesempatan itu, SBY juga turut menampilkan dua lukisan karya pribadinya yang menggambarkan semangat perdamaian dan keharmonisan dengan alam Stop War, United For Peace dan Peace With Nature.

Pada kesempatan itu, Pembina Yayasan Institut Peradaban, Jimly Asshiddiqie, menyebut SBY sebagai sosok yang berhasil mengantarkan Indonesia melalui transisi demokrasi yang mulus pasca reformasi.

"SBY berhasil mengakhiri tugas pengabdiannya dengan husnul khatimah dan terus berkarya melalui kesenian, warisan-warisan kebudayaan, dan pemikiran-pemikiran kebangsaan, serta peran aktif dalam mempromosikan kebijakan perubahan iklim dan kesadaran akan pentingnya lingkungan hidup yang sehat, serta kampanye kemanusiaan untuk perdamaian dunia yang berkeadilan,” pungkasnya. (jpg)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan