"Saya mendukung aspirasi masyarakat dalam melawan tindakan makar terhadap kedaulatan,” lanjutnya.
Dengan nada emosional, Heru menyatakan kemarahannya terhadap apa yang ia anggap sebagai sikap arogan dan munafik dari sebagian elite politik.
Ia bahkan menyebut mereka sok suci, sok pahlawan, dan sok nasionalis, namun gagal memberi teladan.
“Bukannya menjadi panutan, justru elit politik mempertontonkan kebobrokan,” kecamnya.
Heru bilang, masyarakat sudah muak, dan kini melihat hari kemerdekaan berubah menjadi ajang penghinaan dan penjajahan dalam bentuk struktural.
Masyarakat, kata Heru, telah dipaksa untuk terus membayar pajak dan memberikan kontribusi atas nama nasionalisme, namun buah dari perjuangan para pejuang kemerdekaan hanya dinikmati oleh segelintir elite.
“Jangan coba-coba mendidik kami, mengajarkan kami, memberikan nasihat kepada kami. Masalah nasionalisme adalah harga mati bagi kami, tapi Anda tidak berhak menuntut kami, bahkan menunjuk dengan telunjuk anda," cetus Heru.
Ia menegaskan bahwa justru pihak yang menuduh masyarakat sebagai pelaku makar adalah mereka yang sesungguhnya mengkhianati nilai-nilai kehidupan berbangsa.
"Anda yang makar terhadap ekonomi dan rasa keadilan, jangan menjadi sok nasionalis, sok pahlawan. Anda pecundang negeri yang harus kita lawan," kuncinya.
Sebelumnya, pengibaran bendera One Piece yang belakangan ramai dibicarakan di media sosial mendapat sorotan tajam dari anggota DPR RI, Firman Soebagyo.
Politikus dari Partai Golkar tersebut menyebut aksi tersebut sebagai bentuk makar, yang menurutnya mencerminkan menurunnya pemahaman masyarakat terhadap nilai-nilai kebangsaan.