Ada Keanehan di Teror Polda Sumut, IPW Sebut Polisi Lamban Tindak Laporan Masyarakat

Kemudian apakah di lingkungan Polda Sumut tidak ada CCTV sehingga teroris bisa dengan leluasa masuk dan melakukan serangan. Apakah para polisi yang berjaga di pos penjagaan itu sedang dalam keadaan tidur, sehingga kedua teroris dengan gampang melakukan serangan dan membunuh polisi dengan sebilah pisau dapur?
"Bagaimana pun serangan teror di markas Polda Sumut ini patut menjadi pelajaran berharga bagi Polri secara keseluruhan, untuk kemudian mengevaluasi semua sistem keamanan seluruh kantor kepolisian di negeri ini," tegasnya.
Kasus serangan teror di Polda Sumut harus menjadi pelajaran berharga bagi Polri untuk memperbaki sikap dan kepedulian jajaran bawahnya, serta memperbaiki sistem keamanan yang dibangunnya, terutama sistem keamanan untuk mengamankan markasnya.
Jajaran kepolisian menurutnya, harus benar-benar paham, bahwa Sumut merupakan salah satu basis radikalisme di Indonesia. Sejarah menunjukkan gerakan radikal yang ekstrim sudah berkembang sejak lama di Sumut. Di era 1970 an, kelompok radikal juga pernah menebar teror. Sejumlah rumah ibadah, hotel, dan gedung bioskop di Sumut mereka ledakkan dengan bom.
"Artinya, jajaran Polda Sumut tidak boleh lengah. Sebab serangan teroris yang hanya menggunakan pisau dapur hingga bisa membunuh seorang polisi di tengah begitu banyak polisi bersenjata lengkap di markasnya, tidak hanya memprihatinkan, tapi juga sangat memalukan Polri," pungkas Neta. (Fajar/jpg)