Sekolah Pemulung (1): Timba Ilmu di Kepungan Sampah

Awalnya, kata dia, tim KRDI Makassar yang telah didirikan 2003 silam, membuat program Berbagi Makanan di Jumat Berkah kepada pemulung dan tukang becak. Pada awal 2017, tim pun secara tidak sengaja menjejakkan kakinya ke pemukiman kumuh itu.
"Disana kami lihat banyak anak-anak yang bermain padahal saat itu jam sekolah. Kami pun bertanya kepada orang tua mereka, katanya mereka tidak punya biaya untuk menyekolahkan anaknya. Berawal dari itulah niat kami dimulai," jelasnya.
Sementara itu salah satu orang tua siswa Kasriani dg Kinang, mengungkapkan, orang tua siswa disini sangat bersyukur dengan adanya Sekolah Impian ini. Selain pendidikannya gratis dan tidak jauh, ilmu yang diberikan pun cepat diserap oleh anak-anak.
Ibu tiga anak ini juga mengaku sering mendampingi anak bungsunya, Karmila, saat belajar disana. Layaknya pendidikan PAUD pada umumnya, siswa disini juga diajarkan cara membaca, menulis, berhitung dan tilawah.
"Kelihatannya mereka (siswa) hanya main-main, tapi ternyata mereka menyerap semua yang diajarkan gurunya. Kami sangat terbantu dengan adanya sekolah Impian ini," akunya sembari tersenyum.
Agar diakui oleh Pemerintah, sambung Febri, pihaknya sudah mengajukan proposal perizinan di Dinas Pendidikan Kota Makassar. Hingga saat ini, perizinan tersebut disambut baik oleh pihak pemerintah karena memenuhi dua poin dari 18 Revolusi Pendidikan yang digalakkan Walikota Makassar, Ramdhan Pomanto.
"Sekarang prosesnya sudah 80 persen, tinggal menunggu Nomor Induk Sekolah untuk Sekolah Impian ini. Semoga dilancarkan," harapnya. (*/bersambung)