Warga Cege Tujuh Tahun Menunggu Jembatan Baru

  • Bagikan
Masyarakat Desa Cege terpaksa naik perahu setelah jembatan gantung rusak diterjang banjir. (FOTO: ASHRI/FAJAR)
Petaka terjadi. Banjir besar yang melanda sungai desa setempat menghancurkan akses jalan pintas warga setempat, pada 2010. Padahal, umur jembatan baru 12 bulan. Karena diresmikan pada 2009. "Jembatan rusak akibat banjir. Makanya, transportasi yang banyak diminati masyarakat adalah perahu. Ini terjadi mulai tahun 2011 hingga saat ini. Jembatan sementara dibangun," kata Darwis. Melalui jalur darat, bisa saja. Hanya saja, jarak tempuh sekitar 13 kilometer menuju jalan poros dengan kondisi infrastruktur terbilang memprihatinkan. Kehadiran perahu, kini menjadi moda transportasi andalan warga desa setempat. Mulai pelajar, hingga ibu rumah tangga juga demikian. "Di Desa Cege tidak ada pasar, makanya harus ke daerah seberang untuk membeli barang kebutuhan. Demikian untuk gedung SMP dan SMA juga di seberang. Harus naik perahu, demi efektivitas waktu," paparnya. Sebagai jasa, biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk menyeberang menggunakan perahu Rp2 ribu. Setelah sampai di dermaganya, tukang ojek sudah menunggu. Rata-rata ke lokasi yang ditujukan Rp10 ribu. "Sehingga setiap PP butuh biaya Rp24 ribu. Jelas bukan biaya sedikit," tambahnya. Bagi warga yang butuh pertolongan medis, dirujuk ke Puskesmas yang berjarak 2 kilometer dari desa setempat. Untuk kota Bone, harus menempuh jarak 35 kilometer. Bukan jarak yang pendek. "Makanya, kehadiran jembatan sangat dibutuhkan warga setempat. Dan sementara proses pengerjaan," sebutnya. (*/fajar)  
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan