Airplane Mode ke Kecamatan Sembilan Warna

Peralatan di pesawat sekarang juga sudah beda. Tidak bisa terganggu. Bahwa tetap diumumkan larangan itu sekedar untuk memenuhi UU. Tapi kementerian perhubungan sudah mengumumkan: mereka akan tutup mata. Demikian juga otoritas penerbangan. Sambil menunggu UU-nya diubah.
Begitulah. UU harus dilaksanakan. Tapi boleh juga tutup mata. Maka tulisan ini pun bisa saya buat. Dalam penerbangan dari Chengdu. Ke kecamatan Jiuzhaigou. Di dalam provinsi Sichuan.
Kecamatan ini terkenal di dunia. Dengan ketinggiannya. Dengan telaga sembilan warnanya. Dengan suku-suku minoritasnya. Dengan kedahsyatan gempa buminya. Jiuzhaigou di atas 4.000 meter. Yang sangat kurang oxygennya.
Telaganya 9 warna. Bergantung warna langitnya. Atau warna dedaunan di sekitarnya. Sesuai dengan musimnya. Suku-suku minoritasnya unik-unik budayanya. Termasuk wanita boleh punya suami berapa saja. Asal… Ada asalnya.
Gempa buminya begitu dahsyatnya. Sepuluh tahun lalu. Yang diikuti gunung longsor. Di musim-musim hujan berikutnya. Pun sampai musim hujan tahun lalu. Yang membuat kawasan wisata ini ditutup sampai sekarang. Jiuzhaigou. Keindahan dunia. Di ketinggian sorga. Yang kini lagi menderita. Akibat gempa. Jiuzhaigou.
Saya datang ke sana. Dengan pesawat tengah malam. Yang terbang tidak lagi tiap hari. Turisme lagi sepi. Saya datang ke bagian yang tidak ditutup. Di kecamatan itu. Yang jalan-jalannya tidak putus. Yang telaga-telaganya juga berbeda-beda warna. Yang air terjunnya tidak kalah indahnya.
Nama kampung ini: Huang Long. Naga Kuning. Tempat wisata yang masih tersisa. Yang hotel-hotelnya begitu sepinya. Yang toko-toko ditinggalkan pembelinya. Yang bangunan-bangunan baru tampak mangkraknya. Yang jalan-jalannya penuh luka.