BKP Kementerian Pertanian Dorong Pengembangan Industri Pangan dan Produk Pangan

  • Bagikan
FAJAR.CO.ID -- Peran pangan dan produk pangan untuk perekonomian nasional cukup besar. Industri pangan dan minuman (mamin) menjadi penyumbang ke-2 terbesar Pendapatan Domestik Bruto non migas. Peran pangan dan produk pangan menyumbang 6,14 Persen PDB non migas tahun 2017 dengan pertumbuhan 8,3 persen. Pengembangan industri mamin harus dijadikan prioritas dalam pembangunan ketahanan pangan. Industri pangan dan produk pangan khususnya yang berbasis tepung-tepungan saat ini masih banyak menggunakan bahan baku impor, misalnya terigu. Tahun 2018 impor gandum dan terigu diperkirakan lebih dari 11 juta ton atau meningkat rata-rata 12,2%/tahun. Disisi lain Indonesia mempunyai potensi besar menghasilkan tepung singkong, jagung dan pati sagu. Produk tepung lokal tersebu dapat dijadikan bahan baku industri FPF. Menyadari hal itu Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian,  Agung Hendriadi terus mengajak semua pihak melokalkan bahan baku industri FPF. Seperti pada seminar dan workshop Internasional Plant Industry  di Universitas Jember, Kamis (1/11). "Untuk mewujudkan hal tersebut perlu adanya perubahan kebiasan (habit movement) baik di sisi hulu, usaha tani, maupun sektor paling hilir, yaitu meningkatkan konsumsi produk pangan yang berbahan baku lokal," ujar Agung. Perubahan usaha tani ini menurut Agung, dapat dilakukan dengan meningkatkan produktivitas dan efisiensi usaha tani."Produktivitas singkong misalnya, harus mampu mencapi 50 ton/ha. Dengan produktivitas diatas 50 ton, petani dapat menjual singkongnya sekitar Rp1200 dan sudah mendapatkan untung besar," jelas Agung.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan