Anak dengan Berat Badan Kurang Gampang Sakit

Kondisi berat badan kurang pada balita akan menyebabkan berbagai dampak yang merugikan baik dalam jangka pendek, maupun jangka panjang.
Risikonya antara lain, penurunan sistem kekebalan tubuh sehingga rentan terhadap penyakit, anak tidak tumbuh optimal dan cenderung tumbuh pendek, serta gangguan perkembangan otak dan fisik seperti gangguan daya pikir hingga interaksi sosial, serta berbagai penyakit degeneratif.
"Orangtua perlu lebih mewaspadai kondisi anak dengan berat badan kurang dan memantau berat badan, serta tinggi badan anak secara cermat," ujar dr. Conny.
Sayangnya, kesadaran masyarakat untuk memantau berat badan dan tinggi badan anak secara rutin cukup rendah. Nyatanya selama tahun 2018 baru sekitar 54,6% anak balita yang dibawa ke fasilitas kesehatan untuk ditimbang dan diukur tinggi sesuai standar, yaitu paling sedikit delapan kali dalam setahun sebagai upaya deteksi dini gangguan pertumbuhan.
Selain mengupayakan pemenuhan nutrisi yang dibutuhkan untuk mengejar berat badan ideal (sesuai tinggi badannya), orangtua juga perlu untuk aktif melakukan pemantauan rutin pertumbuhan anak di layanan kesehatan yang paling mudah dijangkau, untuk memantau status gizi dan mendeteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan.
"Jika berat badan anak sudah terdeteksi berada di bawah kurva pertumbuhan, maka orang tua perlu segera mencari bantuan penanganan yang tepat dari tenaga kesehatan untuk memperbaiki status gizi anak," tandasnya.