Kulturalisasi Struktur NU: Sebuah Refleksi Mini

Nama saja Post-Traumatic, maka ada semacam trauma terhadap gagalnya penerapan syariatisasi sistem, akhirnya basis perjuangan dialihkan ke sebuah paradigma baru yang dinamakan sebagai gerakan moderat, dengan mengakui segala macam sistem yang penting di dalamnya ada esensi kemakmuran, kesejahteraan, dan keadilan yang perlu diperjuangkan. Dari segi itu, saya pikir tidak ada masalah kalau masih bersifat kultural. Yang menjadi masalahnya apabila dibawa ke jalur politik-pragmatis-struktural. Dan saya melihat saat ini dalam tubuh NU terasa ada gejala semacam itu, ialah politik-pragmatis-struktural. Yaa.. mau melalui jalan apa lagi jika bukan melalui politik-pragmatis-struktural untuk memperjuangan 3K (Kesejahteraan, Kemakmuran, Keadilan) ini. Kalau saya pikir, gerakan ini merupakan gerakan target bukan strategis. Karena yang namanya strategis tentu bersifat sangat panjang, tapi yang namanya target pasti jangka pendek. Itupun kalau menang dalam percaturan politik, kalau kalah? Nah inilah yang perlu kita refleksikan kembali.
Jujur, saya bukanlah orang yang layak merefleksi tubuh Nahdliyin, tapi sebagai warga yang baik, yang lahir dari proses kulturalisasi keagamaan NU, maka dengan penuh rasa hormat dan sayang saya mencoba merefleksi arah perjuangan NU saat ini. Jika ada yang salah dengan cara berpikir saya mohon maaf, karena sebagai manusia pasti ada kekeliruan. Selebihnya, saya sangat bersyukur karena telah lahir dari proses pembudayaan nilai-nilai agama yang diterapkan NU.
Wallahua'lam.