Selamat Jalan Prof. Lawa

  • Bagikan
Setia Kawan, satu sifatnya yang tak bisa terlupakan. Silahkan “tanya-silang” staf dosen dan tendik yang pernah dan sedang bekerja di Departemen Teknik Sipil. Bagi yang sudah dianggapnya sahabat, beliau akan “mati-matian” membantu sampai tuntas. Ringan tangan dalam membantu baik yang senior maupun yunior. Sangat dermawan termasuk dalam urusan “kampung tengah”. Bekerja bersama dalam kamus beliau berarti harus 100% didukung. Kocek pribadinya tak segan dirogoh untuk kepentingan institusi khususnya departemen. Ada guyonan kami dulu kalau ada kerjaan terkait borang, proposal dsb. “Ada ji Prof Lawa datang”? Kalau beliau mengiyakan datang itu berarti kita “merasa aman” karena dukungan makanan dsb pasti banyak, hehe. Satu hal lain yang perlu diketahui dari beliau adalah susah berkata tidak untuk satu hal tertentu. Tapi kita bisa tahu kalau beliau sebenarnya tidak setuju. “Ya, sudahlah”, kalimat yang sangat tidak ingin mengecewakan orang lain sebagai bukti rasa setia kawannya. Selain setia kawan, beliau adalah pribadi yang sangat menyayangi keluarga. Selalu ada waktu yang dialokasikan untuk istri dan anak-anaknya. Sangat sering bertemu beliau dengan keluarganya di mal, restauran dan tempat makan yang lain. Semenjak anak-anaknya sudah “sibuk” dengan urusan kuliah, Prof Lawa dan Bu Nunung (sapaan akrab istrinya) masih sering jalan berdua untuk makan dan “cuci mata” di mal. Itu kebiasaan dari dulu hingga di penghujung hidupnya. Ada satu hal yang sering sekali saya tanyakan kepada beliau hingga akhir hayatnya. “Kapan ki pengukuhan GB Prof”?, dijawabnya “santai mi saja pak Suhe”. Namun akhirnya beliau jawab juga pada suatu waktu. Beliau bilang “Saya mau pengukuhan GB nanti bersama dengan Ibu Nunung”. Pengusulan GB Ibu Nunung telah berproses juga. Sayangnya niat itu tidak kesampaian hingga kini. Sedih rasanya karena saya pribadi pernah berjanji untuk membantu kalau acara itu tiba waktunya.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan