Damai Di Masa Tenang

  • Bagikan
Fenomena ini bisa diamati dari munculnya beragam bentuk sikap dan perilaku politik masyarakat yang terkesan cukup menganggu nuansa demokrasi kita perhatikan misalnya, ramainya berita yang terkesan hoaks, adanya isu politik uang dan kampanye hitam serta berbagai bentuk pelanggaran lainnya yang berpotensi menimbulkan disintegrasi politik. Belum lagi, beberapa hari terakhir ini muncul pula isu yang terkesan mempertentangkan antara ideologi pancasila dan khilafah yang mana isu ini dikhawatirkan mempertajam pertarungan dua kubuh yang berbeda. Padahal, di bulan September 2018 telah dideklarasikan kampanye pemilu damai. Pada prinsipnya ingin mewujudkan pemilu yang luber dan jurdil, aman, tertib, damai, berintegritas, tanpa hoaks dan politisasi SARA, bebas politik uang serta aturan main dilaksanakan sesuai UU yang berlaku. Memang perlu diakui jika pemilu yang bebas dari intrik politik memerlukan suatu proses yang amat panjang. Terlebih lagi, jika biaya politik yng harus ditebus sangat mahal yang implikasinya bisa berupa munculnya ketidakpuasan terutama bagi mereka yang kalah dalam pemilu. Apabila kita belajar dari banyak pemilu disejumlah negara ternyata menunjukakn bahwa konflik politik diantara para kandidat merupakan hal yang biasa. Yang lebih ironis lagi, jika sulit dicapai rekonsiliasi politik diantara para elite politik terutama yang berasal dari parpol berbeda. Oleh sebab itu, untuk merealisasikan pemilu yang demokratis dan bermartabat tentu tak ada pilihan lain kecuali membangun kesadaran politik yang tinggi dikalangan kaum pemilu. Ini bisa dicapai lewat sosialisasi politik yang tidak hanya melalui media sosial, organisasi massa, partai politik melainkan juga yang lebih penting ditumbuhkan dalam lingkungan keluarga.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan