Damai Di Masa Tenang

  • Bagikan
Dalam hal ini, sosialisasi politik itu dimaksudkan untuk meredam konflik politik, menghindari kekerasan sosial, mentorilir perbedaan kepentingan, suku, agama dan budaya, bersikap rasional dalam menghadapi masalah, tidak bersikap apriori terhadap orang lain mencegah tindakan provokatif dan prasangka, menjaga integrasi nasional serta menjamin kebebasan berkumpul dan berekspresi dalam batas tertentu. Lalu upaya yang perlu dilakukan untuk mendukung terciptanya pemilu bermartabat harus mendapat sokongan dan partisipasi luas di kalangan pemilih. Logikanya bagaimana mungkin bisa diwujudkan spektrum politik yang cerah, iklim politik yang kondusif dan perilaku politik demokratis kalau yang sering ditampilkan yaitu munculnya isu yang justru rentan bagi terjadinya pertikaian politik. Yang lebih parah lagi, konflik politik tak hanya menghambat konsilidasi politik tapi juga bisa menganggu proses percepatan pencapaian tujuan pembangunan nasional. Bayangkan saja, besarnya biaya politik yang harus dikeluarkan dalam perhelatan pesta demokrasi seperti pemilu, sehingga untuk menyukseskannya sebaiknya pemilih bersikap arif dan bijaksana serta tidak muda terprovokasi pada isu yang bisa saja berdampak pada perpecahan di antara warga masyakarat. Pendek kata, sekalipun kompetisi politik berlangsung dengan ketat di antara kandidat, namun yang penting untuk tetap dikawal terutama ditingkat masa pendukung yakni selalu memelihara dan menjaga dialog, etika dan komunikasi politik dalam batas lingkup prinsip demokrasi. Sehingga, elite politik yang terpilih memiliki tingkat kepercayaan dan akseptabilias politik dimata publik yang tinggi. Dengan demikian, harapan untuk mewujudkan pemilu bermartabat bisa terealisasi. (*)
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan