Ekspektasi dan Realitas Politik

  • Bagikan
Konsultan politik juga bertebaran. Namun, bagi pengguna jasa konsultan politik, mesti berhati-hati memilih karena tak semua memiliki kapabilitas/profesionalitas. Banyak yang menjadi korban politik akibat salah memilih konsultan politik. Ada banyak pihak yang keliru melihat kontekstasi politik hanya dari segi finansial. Mereka mengira, ada duit ada suara. Maka money politics pun marak. Sekalipun kontekstasi politik tidak bisa dilepaskan dari adanya kebutuhan uang didalamnya, namun itu hanya penunjang dan bukan hal utama. Ada juga yang melihat bahwa ketokohan menjadi penentu, sehingga dengan posisi itu banyak orang yang merasa seorang tokoh publik (publik figur) akan memenangkan pertarungan. Lagi-lagi itu keliru, walaupun unsur ketokohan memamg memberi pengaruh. Tak bisa dipungkiri bahwa ada yang memilih karena telah diiberi sesuatu yang bersifat materi (money politik), diberi harapan (janji politik), balas jasa, tekanan politik (ancaman), ikut-ikutan, dan lainnya yang bersifat emosional/perasaan. Tapi jangan lupa ada pemilih yang selektif dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang bersifat rasional. Kalangan ini tidak mudah terpengaruh janji-janji politik dan materi-materi kampanye. Ini sulit diprediksi sikap politiknya karena memiliki preferensi tersendiri dalam menentukan pilihannya. Ada aspek psikologis yang sering menghinggapi para kontestan, sehingga memiliki kepercayaan diri yang berlebihan. Hal itu bisa dipengaruhi oleh klaim ketokohan, besarnya modal (uang), dan juga informasi dari orang sekitarnya (tim sukses), yang umumnya punya pola pelaporan ABS (asal bapak senang). Termasuk membuat hitungan yang tak memenuhi standar yang lazim digunakan dalam dunia akademik.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan