Pilpres di Era ‘Pasca Kebenaran’

  • Bagikan
Ketidakhadiran Sandi pada hari sebelumnya menimbulkan desas-desus, bahwa pasangan Capres ini mulai pecah kongsi. Sandiaga disebut dalam rumor tersebut, menolak menggelar deklarasi kemenangan sebelum ada pengumuman resmi KPU. Belakangan isu tersebut dibantah Tim 02, dengan menunjukkan bukti bahwa Sandiaga memang sakit, dan dalam perawatan dokter. Dalam Mein Kampf, Hitler menulis, ‘teknik propagandis yang paling brilian tidak akan menghasilkan kesuksesan, kecuali satu prinsip fundamental yang selalu diingat- ia harus membatasi dirinya pada beberapa poin dan mengulanginya terus menerus’. Nampaknya Prabowo menggunakan strategi serupa. Mungkin itu pula alasan, keesokan harinya, Jumat 19 April 2019, Prabowo kembali menggelar syukuran, bersama PA 212. Sebenarnya yang dilakukan Prabowo, manuver politik biasa. Targetnya jelas, mempertahankan semangat juang timnya hingga detik terakhir. Ia harus memastikan agar semua timnya tetap militan mengawal rekapitulasi hingga pengumuman KPU. Ia juga sedang memotivasi para kadernya agar giat mengumpulkan bukti kecurangan. Jika pun kalah dalam rekapitulasi akhir KPU, bukti kecurangan yang dikumpulkan relawan tersebut akan menjadi senjata gugatan di MK. Bagaimana jika Prabowo kalah lagi di MK? Apakah Prabowo akan menggunakan people power, sebagaimana seruan Amien Rais? Bagi pendukung fanatik Prabowo, rencana people power akan dimaklumi dengan menggunakan argumentasi, ‘keselamatan negara’ atas cengkraman asing (khususnya Tiongkok). Dalam anggapan mereka, menegakkan kedaulatan bangsa, jauh lebih penting dibandingkan sekadar prosedural demokrasi (Pemilu). Apalagi disinyalir, kemungkinan besar Pilpres akan dimenangkan pihak lawan dengan kekuatan kapital dan penyalahgunaan wewenang kuasa.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan