Malapetaka Tambang di Bumi Nusantara

Jangkar kapal seringkali tertambat pada terumbu karang, belum lagi tumpahan batu bara yang tercecer ke lautan.”, ujar Ilyas, salah satu warga Karimun Jawa yang menjadi narasumber dalam acara nonton bareng yang diselenggarakan pihak WatchDoc, Greenpeace, serta Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) di Jakarta, Rabu (10/4/2019), seperti dikutip dari Kompas.com. Di akhir film, ditampilkan juga beberapa orang penting dan elite politik yang ikut terkait dalam permasalahan ini.
Apa yang diungkapkan oleh Film “The Sexy Killer” menjadi pukulan telak bagi kita semua. Bahwa bangsa ini sedang dijajah secara tidak manusiawi oleh segelintir pihak yang ingin meraup keuntungan pribadi semata, bahwa alam bangsa ini sedang mengalami ancaman serius terkait krisis lingkungan yang akan berdampak kepada kehancuran Bumi Nusantara.
Terlepas dari tanggung jawab pihak yang terkait, tentu ini menjadi tanggung jawab kita semua bagaimana mengawal pemerintah terkait sebagai pemangku kebijakan. Kisah hiruk pikuk kehidupan pertambangan batu bara di Kutai Kalimantan Timur hanyalah satu dari sekian kisah yang menggambarkan bagaimana pengelolaan energy (SDA) telah menjadi pembunuh yang keji bagi masyarakat yang bermukim di sekitar area/ kawasan pertambangan.
Tentunya masih banyak kisah yang lebih tragis di belahan Bumi Nusantara ini yang belum terungkap. Karenanya mari jaga Bumi Nusantara/Bumi Indonesia dari keserakahan segelintir pihak yang hendak meraup keuntungan pribadi. Mari jaga Bumi Nusantara sebagai rumah kita dan untuk generasi kita. Jangan biarkan kerusakan membabi buta di negeri yang fanah ini berakhir dengan penyesalan semata. “Ketika pohon terakhir ditebang, Ketika sungai terakhir dikosongkan, Ketika ikan terakhir ditangkap, Barulah manusia akan menyadari bahwa dia tidak dapat memakan uang.” Ungkap salah seorang geographer dunia, Eric Weiner. (*)