Pendidikan di Titik Mati!

  • Bagikan
Capaian pendidikan tidak menjamin perilaku yang baik dan benar. Penyimpangan dapat terjadi mulai dari tingkat terendah hingga yang strata tertinggi. Fakta menunjukkan kita dapat menyaksikan betapa strata pendidikan tidak menjadi alat kendali yang aman dan menyelamatkan. Di beberapa daerah, kita memeroleh informasi ada kepala sekolah yang tega melakukan tindakan asusila terhadap muridnya. Ada juga siswa yang berperilaku ‘keterlaluan’ terhadap guru mereka. Guru diejek hingga dianiaya oleh siswa. Ada seorang siswa tewas akibat dikeroyok oleh sekelompok siswa sekolah lainnya. Kasus masih berlanjut tanpa kesimpulan akhir. Dekadensi moral siswa sekolah lanjutan menjadi ancaman serius bagi dunia pendidikan. Siapa yang salah hingga semua itu dapat terjadi? Penulis pernah membimbing seorang mahasiswa yang meneliti tentang aktivitas siswi SMA yang berprofesi sebagai wanita Pekerja Seks Komersial. Paginya mereka ke sekolah, sepulangnya, mulailah profesinya dilakoni. Kerja ganda menggapai kepuasan materil dan seksual. Latar belakang sosial ekonomi dari pelaku seks komersial siswi SMA bervariasi. Termasuk motivasi mereka melakukan profesi gandanya. Ada yang memang sengaja untuk mencari kepuasan materi agar terlihat mewah di antara teman-temannya. Ada juga karena terdorong mencari kepuasaan seks tanpa perlu imbalan duit, yang penting boleh makan mewah di tempat yang berkelas. Yang tragis adalah karena ingin balas dendam akibat trauma masa lalu yang buruk. Dunia prostitusi juga melanda mereka yang berstatus mahasiswa. Tentu saja kelas mereka berbeda dengan strata lainnya. Istilah yang dikenal di kalangan mahasiswa adalah ‘ayam kampus’. Jam kerja mereka lebih fleksibel tergantung pelanggan. Tarif kencan dan plus-plusnya sangat ketat. Bahkan boleh mendampingi hingga ke tempat lain untuk berhari-hari.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan