Momentum Merekatkan Keretakan

  • Bagikan
Selain itu, para cendikiawan juga mengatakan bahwa memaafkan seseorang laksana menyinari tempat yang selama ini gelap. Artinya, dendam hati yang terpatri dalam jiwa membuat kita cenderung berpikir negatif terhadap orang yang pernah menyakiti kita. Ada suatu sudut di ruang hati yang tak begitu cerah dengan hal itu. Maka, memaafkan adalah celah memberi cahaya untuk hati kita kembali terang untuknya. Juga dikatakan bahwa memaafkan laiknya menyegarkan bunga yang layu. Artinya, dua orang yang saling berdiam diri di antara kesalahan akan membuatnya enggan bertukar rupa dan sapa. Saling memaafkan adalah jalan untuk membuat senyum kembali merekah dan saling tercurahkan di antara mereka. Ahli hikmah pernah berkata, ingatlah dua hal dan lupakanlah dua hal. Lupakanlah kebaikanmu kepada orang lain dan lupakanlah kesalahan orang lain kepadamu. Sejatinya, belajar memaafkan kesalahan orang lain juga merupakan manifestasi dari seni menikmati hidup bahagia. Alangkah menderita dan tersiksanya seseorang yang terus-menerus menyimpan rasa dendam kepada orang lain. Alangkah sengsaranya jika hati diberati rasa emosi dan amarah yang tidak berkesudahan. Belajar memaafkan jauh lebih mulia daripada menunggu orang lain meminta maaf kepada kita. Oleh sebab itu, hidup ini akan lebih indah jika ungkapan tiada maaf bagimu diubah menjadi aku sudah maafkan semuanya. Oleh sebab itu, semua agama di muka bumi ini, terutama Islam, mengajak manusia untuk saling memaafkan, dan memuliakan serta memberikan posisi tinggi bagi siapa saja yang ingin memaafkan. Karena sifat pemaaf merupakan bagian dari akhlak yang sangat luhur dan terpuji, yang harus menyertai diri seorang Muslim yang bertakwa.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan