Gemuk Tit Tit Tit

Jangankan nyopir taksi. Duduk pun sudah tidak bisa. Hanya berbaring. Itu pun telentang. Tidak bisa lagi miring.
Itulah yang tergambar. Saat berat badannya mencapai 146 kg. Dengan tinggi badan hanya 160-an centimeter.
Dokter Rangkasbitung-lah yang hebat. Mampu membuat Mansyur insaf.
"Kata-kata dokter yang mana yang membuat Pak Mansyur takut," tanya saya.
"Kalau berat badan tidak turun jantung akan terbungkus lemak. Lalu tidak bisa memompa darah. Lalu kamu mati."
Sejak itu Mansyur mengakhiri kebiasaan makannya. Saya puji habis Pak Mansyur. Yang bisa insaf seperti itu.
Saya selalu menegur anak buah yang kegemukan. Ketika masih punya anak buah. Setiap ketemu lagi saya tegur lagi. Dengan kalimat-kalimat humor.
Misalnya, orang gemuk itu sakti. Misalnya Kiai Semar. Humor itu tidak pernah berhenti sampai berat badannya turun.
Lalu saya memuji mereka yang berhasil menurunkannya. Kadang memberikan hadiah.
Misalnya saat saya jadi Dirut PLN. Manajer yang prestasinya tinggi sering saya kumpulkan.
Saya minta mereka bercerita di depan manajer lainnya. Tentang bagaimana cara menyelesaikan masalah yang dihadapi. Sampai berhasil. Menjadi orang yang berprestasi.
Di antara manajer yang prestasinya tinggi itu ada dua yang badannya gemuk.
Saya kemukakan kesedihan saya kelak: kalau saja mereka tidak bisa mencapai jabatan tinggi. Karena sakit. Akibat kegemukannya.
Maka di forum tersebut saya tantang dua manajer itu: kalau bisa menurunkan berat badan mencapai perbandingan ideal dengan tinggi badannya akan saya beri hadiah. Masing-masing sebesar Rp 50 juta. Dari uang pribadi.