Gemuk Tit Tit Tit

Tiga bulan kemudian saya kalah: kecopetan Rp 50 juta.
Lima tahun kemudian saya dapat kabar: manajer itu diangkat menjadi direktur utama PLN. Sekarang ini.
"Apakah Pak Mansyur masih punya rencana menurunkan berat badan lagi?" tanya saya.
"Masih, pak. Terus," jawab Pak Mansyur.
"Targetnya turun menjadi berapa?"
"Menjadi 90 pak."
"Akan tercapai kapan?" tanya saya.
"Setahun lagi pak."
Hebat sekali tekad Pak Mansyur. Kesadarannya begitu tinggi. la hanya tamatan SMP. Di Rangkasbitung sana.
Saya minta nomor HP Pak Mansyur. Saya simpan. Setahun lagi akan saya telepon beliau. Saya menjanjikan hadiah untuk beliau. Dalam hati saya.
Saya pun berharap Pak Mansyur tidak membaca DI’s Way edisi hari ini. Agar janji saya itu tidak bocor padanya.
"Tahukah Pak Mansyur? Apa yang menyebabkan Pak Mansyur kegemukan sampai 146 kg?" tanya saya.
"Tahu, pak," jawabnya.
"Apa?"
"Mie instan, pak," katanya.
Pak Mansyur lantas menyebut merek mie instan itu. Yang secara konsisten ia makan sejak muda dulu.
"Sejak sebelum kawin, pak," katanya.
"Sudah seperti kecanduan."
Sehari Pak Mansyur makan mie instan tiga kali: pagi, siang, malam. Setiap kali makan dua bungkus. Tidak makan nasi. Tidak juga yang lain.
''Kalau belum makan mie instan belum lega," katanya.
Sejak bekerja “prestasi” Pak Mansyur meningkat. Makan mie instannya empat kali sehari: pagi, siang, sore, malam. Dua bungkus setiap episode. Dengan satu telur.
Pak Mansyur juga orang yang konsisten: hanya mau mie instan merek itu. Dan hanya yang rasa soto. Dan harus hanya yang berkuah.