Kecintaan pada Makassar dan Seorang Ibu

  • Bagikan
Ya, langit Makassar mendung Rabu sore, 12 Juni. Tenda TNI sepanjang 30 meter berdiri di Jl Rutan, Kelurahan Gunung Sari, Kecamatan Rappocini. Menanti kedatangan peti jenazah dari Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto. Membawa jenderal yang dianggap sebagai senior, guru, dan pelatih. Karangan bunga dari petinggi TNI hingga purnawirawan sudah berjejer di sepanjang jalan. Ada karangan bunga dari Panglima TNI, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa, hingga mantan Panglima TNI, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo. Di rumah duka hadir Kabinda Sulsel, Brigjen TNI Wing Handoko dan Kepala Staf Divisi (Kasdiv) Infanteri 3/Kostrad, Brigjen TNI Dwi Darmadi. Jenderal yamg lainnya ikut menjemput di Lanud Sultan Hasanuddin. Karier jenderal yang lahir di Makassar, 1 Juni 1953 itu di dunia militer begitu komplet. Dari Komandan Peleton (Danton) hingga Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD). Bahkan, lima kali menjabat sebagai panglima. Pangkoops TNI di Aceh, Panglima Divisi-1/Kostrad, Pangdam XVII/Trikora, Pangdam III/Siliwangi, dan Panglima Kostrad. Apalagi dia jenderal penuh (empat bintang) kedua di Sulsel setelah Jenderal M Jusuf. Memulai sekolah di SMA 1 Makassar pada tahun 1969. Hanya satu tahun. Setelahnya pindah ke Jawa. Tahun 1976 lulus menjadi Akabri. Pemakaman George berlangsung pada pukul 17.00 Wita. Dari Lanud Sultan Hasanuddin langsung ke TPU Dadi. Tak sempat lagi ke rumah duka. Upacara pemakaman dipimpin oleh Wakasad TNI, Letnan Jenderal TNI Tatang Sulaiman.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan