Burrito Time

Kalau lagi lapar sekali tortillanya dua lembar. Disusun overlap. Agar lebih lebar. Diisi sayur lebih banyak. Gulungannya nanti lebih besar.
Saya selalu kangen dengan burrito itu. Kadang sampai tidak tahan. Saya coba bikin di Surabaya. Sekalian ingin pamer ke cucu-cucu. “Tidak enak!“ teriak cucu saya.
"Lebih enak kebabnya Baba Rafi," teriak cucu yang lain.
Saya memang tidak bisa menemukan bahan-bahan yang sama dengan di Amerika. Pernah saya bawa sebagian bahan dari Amerika. Cucu saya senang. "Enak," katanya.
Kalau rasa oatmeal agak mirip. Hanya beda rasa susunya.
Saya pernah menulis di DI's Way. Apakah perbedaan 'oat' dan 'wheat'. Amat jarang orang bisa membedakannya. Dua-duanya diterjemahkan dengan biji gandum.
Kan tanamannya memang sama. Di mata orang awam. Bentuk bijinya juga sama. Pun warnanya sama.
"Wheat," kata John "untuk dibuat tepung roti."
Kalau 'oat'?
“Untuk makanan kuda," ujar John.
Itulah bedanya.
Saya tertawa ngakak. Saya pikir ia bergurau. John tetap serius.
Ia mengatakan, begitu sulit menjelaskan perbedaan 'oat' dan 'wheat'. Semuanya mirip.
Namun kalau tepung, tepung oat tidak bisa dibuat roti. Tidak bisa mengembang. Tidak cukup kandungan glutennya.
John tentu khawatir saya salah tanggap. Dikira kok sarapan saya makanan kuda. Buru-buru John menambahkan penjelasan ini: "Semua presiden Amerika sarapannya oat," katanya. (***)