Sidang PHPU, KPU Hadirkan Saksi Ahli Arsitek IT

  • Bagikan
Lebih lanjut Marsudi juga menjelaskan soal Situng KPU yang dirancang sebagai sarana transparansi dalam hasil rekapitulasi suara. Karena hasil yang dipakai untuk penetapan pemenang pemilu adalah rekapitulasi berjenjang. “Sangat sulit (jika hasil situng digunakan untuk merekayasa rekapitulasi). Situng itu input-nya dari masing-masing TPS. Kalau hasil yang dipakai kan rekapitulasi berjenjang. Kalau saya mau merekayasa, ya rekayasa rekapitulasi berjenjang. Itu pun kalau bisa. Kalau yang direkayasa situng, itu percuma,” ungkap Marsudi. Akademisi kelahiran Kediri, 1958 ini kemudian menegaskan, kesalahan data entry di Situng bukan faktor kesengajaan. Kemungkinan kesengajaan itu tidak ada, karena salah memasukkan data ke Situng murni human error. “Tidak ada kesengajaan. Karena polanya acak. Kalau ditampilkan per TPS jauh lebih acak. Saya tidak menduga adanya kesengajaan di situ, karena sangat acak dan mungkin ada kesalahan manusia di situ,” ucap Marsudi. Dalam kesaksiannya, Marsudi, yang merupakan profesor IT pertama di Indonesia ini juga memaparkan soal tingkat keamanan Situng KPU. Pada kasus Situng 2019, Website Situng dirancang untuk menginformasikan kepada masyarakat. Menurutnya, keamanan login Situng hanya bisa dari dalam gedung KPU. Kemudian dibuat cadangan server dan itu disembunyikan. “Satu di KPU dan dua di tempat lain. Sehingga kalau misalnya KPU kejatuhan pesawat terbang, masih ada dua server yang berjalan,” tutur Marsudi. Sementara itu, berbeda dengan Situng, untuk Website Situng itu memang dirancangkan agar masyarakat mudah memanfaatkan data tersebut untuk mengawal jika terjadi manipulasi. Sehingga pengamanan tidak perlu berlebihan.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan